Bill Gates Menyebut Indonesia Saat Membahas 'Kiamat' Bumi
https://www.naviri.org/2024/11/bill-gates-menyebut-indonesia-saat.html
Bill Gates pendiri Microsoft menuturkan perubahan iklim makin parah. Dia menyebut nama Indonesia dalam curahan pemikirannya di blog personal miliknya beberapa waktu yang lalu.
Gates mengatakan bahwa setiap tahunnya aktivitas di Bumi menghasilkan 51 miliar ton gas rumah kaca. Sebanyak 7% di antaranya berasal dari produksi lemak atau minyak hewan/tumbuhan.
Salah satu yang disorot sang miliarder adalah minyak sawit. "Saat ini, minyak sawit adalah lemak nabati yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia," ujarnya.
Namun, bukan penggunaannya yang dipermasalahkan Gates, melainkan bagaimana proses produksinya. Kebanyakan jenis sawit tumbuh subur hanya di tempat-tempat yang dilewati garis khatulistiwa, penggundulan hutan menjadi lawan sawit pun mencetuskan krisis.
Selain berdampak pada keragaman alam, penggundulan hutan kerap menggunakan cara yang menyumbang penyebab perubahan iklim secara besar. Caranya adalah pembakaran hutan yang menciptakan emisi banyak di atmosfer.
"Pada 2018, kehancuran yang terjadi di Malaysia dan Indonesia saja sudah cukup parah hingga menyumbang 1,4% emisi global. Angka itu lebih besar dari seluruh negara bagian California dan hampir sama besarnya dengan industri penerbangan di seluruh dunia," Gates menjelaskan.
Sayangnya, Gates menyebut peran minyak sawit sulit tergantikan. Komoditas sawit murah, tidak berbau, dan melimpah.
"Minyak sawit juga satu-satunya minyak nabati dengan keseimbangan lemak jenuh dan tak jenuh yang hampir sama, itulah sebabnya minyak ini sangat serbaguna. Jika lemak hewan adalah bahan utama dalam beberapa makanan, maka minyak sawit adalah pemain tim yang dapat bekerja untuk membuat hampir semua makanan dan barang-barang non-makanan menjadi lebih baik," tuturnya.
Kendati demikian, Gates mengungkap sudah ada perusahaan-perusahaan yang mencoba mengatasi masalah tersebut. Salah satunya C16 Biosciences yang berupaya membuat alternatif minyak sawit. Sejak 2017, C16 mengembangkan produk dari mikroba ragi liar menggunakan proses fermentasi yang tidak menghasilkan emisi sama sekali.