Mengenal BRICS: Tujuan, Ketua, Mata Uang, dan Negara Anggota


Rencana bergabungnya Indonesia untuk menjadi salah satu negara anggota BRICS telah dimulai. Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan di benak masyarakat. Apa itu BRICS? Apa tujuannya? 

Berikut penjelasan lengkap mengenainya.

Menteri Luar Negeri Indonesia dari Kabinet Merah Putih, Sugiono menjelaskan bahwa langkah masuknya Indonesia sebagai anggota BRICS adalah perwujudan konkret dari politik luar negeri bebas aktif.

"Bergabungnya Indonesia ke BRICS merupakan pengejawantahan politik luar negeri bebas aktif. Bukan berarti kita ikut kubu tertentu, melainkan kita berpartisipasi aktif di semua forum," tegasnya dikutip pada Jumat (25/10/2024).

Di samping itu, Sugiono menjelaskan bahwasanya prioritas BRICS juga sama dengan program kerja yang dicanangkan Kabinet Merah Putih. Kesamaan ini bisa didapati antara lain mengenai ketahanan pangan dan energi, pemberantasan kemiskinan, dan pengajuan sumber daya manusia.

Pengertian dan Tujuan BRICS

Dikutip dari laman resmi Pemerintah Afrika Selatan, BRICS adalah akronim dari kelompok negara-negara dengan ekonomi pasar berkembang yang terdiri atas Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.

Berbicara tentang tujuannya, BRICS punya target untuk mempromosikan kedamaian, keamanan, pembangunan, dan kerja sama. Singkat kata, BRICS bertujuan untuk memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan manusia dan dengannya, menjadikan dunia agar lebih adil dan setara.

Lebih lanjut, diringkas dari Council on Foreign Relations, istilah BRIC mulanya dicetuskan oleh seorang ekonom bernama Goldman Sachs Jim O'Neill pada 2001 silam. Dalam makalahnya, O'Neill berpendapat bahwasanya pertumbuhan negara-negara 'BRIC' tersebut siap untuk disejajarkan dengan negara-negara kaya G7.

Pada 2009, Rusia menjadi tuan rumah pertama untuk KTT BRIC pertama. Lalu, setahun kemudian, Afrika Selatan bergabung dan dengan demikian terbentuklah kelompok lima negara yang disebut BRICS.

Ketua BRICS

Berdasar penjelasan dari laman Jagran Josh, kepemimpinan BRICS berganti setiap tahunnya di antara negara-negara anggota. Adapun untuk 2024, ketuanya adalah Presiden Vladimir Putin terhitung sejak 1 Januari lalu.

Sejak 2009 silam, pergantian ketua BRICS bisa dilihat dalam poin-poin berikut:

Dmitry Medvedev (Rusia): 2009
Luiz Inacio Lula da Silva (Brazil): 2010
Hu Jintao (China): 2011
Manmohan Singh (India): 2012
Yakub Zuma (Afrika Selatan): 2013
Dilma Rousseff (Brazil): 2014
Vladimir Putin (Rusia): 2015
Narendra Modi (India): 2016
Xi Jinping (China): 2017
Cyril Ramaphosa (Afrika Selatan): 2018
Jair Bolsonaro (Brazil): 2019
Vladimir Putin (Rusia): 2020
Narendra Modi (India): 2021
Xi Jinping (China): 2022
Cyril Ramaphosa (Afrika Selatan): 2023
Vladimir Putin (Rusia): 2024

Mata Uang BRICS

Isu mengenai akan dikeluarkannya mata uang BRICS telah mencuat sejak lama. Namun, belakangan ini, kabar tersebut kembali memanas. Terlebih selama momen-momen berlangsungnya KTT BRICS 2024 di Kazan, Rusia, pada 22-24 Oktober.

Dirujuk dari Nasdaq, inti dari dikeluarkannya mata uang BRICS -jika nantinya benar-benar terealisasi- adalah perang dagang AS dengan China. Pun juga untuk mengatasi sanksi AS terhadap China dan Rusia.

Bila BRICS benar-benar menelurkan mata uang cadangan baru, besar kemungkinan hal ini akan menyebabkan penurunan permintaan alias dedolarisasi dolar AS. Tentunya, hal ini punya implikasi lain terhadap panggung ekonomi global.

Dalam beberapa hari terakhir, beredar foto Presiden Vladimir Putin dari Rusia tengah memegang uang kertas bergambar bendera negara-negara anggota BRICS yang diklaim sebagai mata uang baru yang resmi. Namun, sebagaimana informasi dari Financial Express, uang tersebut hanyalah mock-up yang diberikan oleh penggemar.

"Mata uang yang dipegang Presiden Putin adalah mock-up dari uang kertas BRICS di KTT Kazan yang diberikan kepadanya oleh para penggemar dan bukan uang kertas BRICS yang resmi," jelas para pejabat, dikutip dari Financial Express, Jumat (25/10/2024).

Lantas, kenapa BRICS tidak segera merealisasikan ide pembuatan mata uang baru? Di balik ide berani untuk menantang hegemoni dolar AS, anggota-anggota BRICS punya banyak rintangan untuk membuat mata uang baru. Secara garis besar, ada dua hambatan yang menghalangi pembentukan mata uang BRICS, yakni:

Negara-negara pendiri BRICS punya struktur ekonomi dan kebijakan moneter yang beragam. Alhasil, akan sulit untuk menetapkan satu mata uang tunggal di negara yang punya kondisi ekonomi beragam.

Ketegangan dan ketidakpastian global yang terus meningkat belakangan ini membuat negara-negara BRICS lebih berhati-hati. Kendati para pemimpin BRICS sepakat untuk menjauhi ketergantungan dengan mata uang barat, mereka juga sadar bahwa mata uang bersama mungkin bukan solusi paling tepat saat ini.

Negara-negara Anggota BRICS

Sebagaimana telah disebut sekilas di atas, BRICS mulanya hanya berisi lima negara saja, yakni Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Namun, pada KTT BRICS 2023, sejumlah negara baru tampak bergabung, yakni Mesir, Etiopia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.

Sejatinya, Argentina juga diundang untuk bergabung. Namun, presidennya yang baru saja dilantik pada Desember 2023 lalu, Javier Milei justru berjanji mengubah negaranya ke arah pro-barat. Sementara itu, Arab Saudi telah menerima keanggotaan BRICS kendati masih menunda untuk bergabung secara resmi.

Akhir kata, dapat disimpulkan bahwasanya daftar negara anggota BRICS yang terbaru adalah: Brazil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Mesir, Etiopia, Iran, Arab Saudi (menunggu konfirmasi bergabung secara resmi), dan Uni Emirat Arab.

Related

News 5871195643641753302

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item