Gadis Ini Kejang 120 Kali Sehari, Ternyata Gara-gara TikTok


Viral seorang perempuan kejang hingga 120 kali sehari. Lantas apa yang dikatakan dokter?

Anak perempuan berusia 15 tahun mengalami kejang hingga 120 kali sehari. Dokter mengatakan karena perempuan itu terlalu banyak menonton TikTok. Ibu perempuan itu sempat sulit mencari jawaban sampai dirinya mengetahui bahwa sang putri mengidap penyakit langka.

Situs berita Daily Mail melaporkan bahwa Jessica, yang kini berusia 15 tahun, mulai mengalami gerakan tubuh yang aneh dan tidak bisa duduk diam ketika ia berusia 12 tahun. Perempuan itu juga mulai mengalami pola bicara yang aneh, mulai dari berulang kali meminta maaf hingga bersikap kasar. 

Dia juga mulai mengalami serangan non-epilepsi, hingga 120 kali sehari.

Meskipun Jessica dirawat di rumah sakit beberapa kali, ibunya, Helen Huitson, 49, mengatakan dia sangat terpukul ketika dokter memberi tahu dia bahwa gejala yang dialami gadis itu disebabkan oleh kecemasan. Mendengar vonis itu nyonya Huitson begitu terpukul. 

Saat itulah dokter menunjukkan bahwa putrinya mungkin terlalu banyak menonton TikTok atau hanya berpura-pura dengan meniru gejala yang dia lihat secara online.

Ms Huitson mengklaim bahwa dokter awalnya mencurigai kondisi anaknya. Hal ini mulai terjadi pada tahun 2021 karena dia terlalu banyak menonton TikTok selama lockdown akibat COVID -19, namun pada saat yang sama dia terus mencari opini medis dan perawatan lainnya.

Sebuah klinik swasta akhirnya menemukan penyebab gejala Jessica, menyatakan bahwa Jessica menderita sindrom neuropsikiatri autoimun remaja (PANDAS) terkait infeksi streptokokus. Ini adalah gangguan obsesif-kompulsif.

Pandas dianggap sebagai kondisi autoimun dan kejiwaan yang disebabkan oleh respons imun abnormal terhadap infeksi. Gejalanya meliputi kecemasan, kejang, depresi, dan penurunan prestasi akademik secara tiba-tiba. 

Selain itu juga mengalami gangguan gerak atau sensorik dan sulit tidur. Jessica menderita radang amandel 5 bulan sebelum gejalanya muncul, yang sesuai dengan ciri-ciri panda. Hal ini biasanya terjadi setelah infeksi streptokokus.

Jessica saat ini dibawa ke bangsal pediatri British National Health Service (NHS) di Darlington, namun ibunya mengklaim bahwa perawatan yang mereka miliki terbatas untuk kondisi tersebut.

Setelah mendapat saran dari dokter imunologi dan saraf, ibu Jessica kini menggalang dana untuk mengobati Jessica dengan IVIG, yaitu pengobatan yang menggunakan imunoglobulin untuk meningkatkan tingkat antibodi dalam darah. untuk membantu mencegah sistem kekebalannya menyerang sel-sel baik.

Related

News 7164361334761356009

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item