Dokter Se-India Mogok Kerja, Tuntut Keadilan untuk Rekannya
https://www.naviri.org/2024/09/dokter-se-india-mogok-kerja-tuntut.html
Rumah sakit dan klinik kesehatan di India mogok kerja dan dalam kondisi darurat akhir pekan ini setelah para tenaga kesehatan, termasuk dokter dan perawat, mogok kerja 24 jam.
Diberitakan Reuters, lebih dari satu juta dokter diperkirakan ikut mogok kerja, melumpuhkan layanan medis di negara berpenduduk terbanyak di dunia itu. Rumah sakit mengatakan staf pengajar dari perguruan tinggi kedokteran telah dipaksa bekerja untuk menangani kasus-kasus darurat.
Pemerintah, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Sabtu setelah pertemuan dengan perwakilan asosiasi medis, mendesak para dokter untuk kembali bertugas demi kepentingan publik. Pemerintah akan membentuk sebuah komite untuk menyarankan langkah-langkah guna meningkatkan perlindungan bagi para profesional perawatan kesehatan, katanya.
Sebagai tanggapan, Asosiasi Medis India mengatakan bahwa mereka sedang mempelajari tawaran pemerintah, tetapi tidak membatalkan pemogokan, yang akan berakhir pada pukul 6 pagi pada hari Minggu.
Aksi mogok kerja dokter dan nakes se-India itu digelar pada Sabtu mulai pukul 06.00 waktu setempat atau sekitar pukul 7.30 WIB. Asosiasi Medis India (IMA) menyatakan mereka akan memutus prosedur medis dan konsultasi pasien tertentu selama masa mogok kerja tersebut.
"Dokter-dokter junior sudah melakukan aksi lebih dulu, jadi sekarang artinya 90 persen dokter akan melakukan aksi," ujar juru bicara IMA di Telangana, Sanjeev Singh Yadav kepada Reuters.
Dr Sandip Saha, seorang dokter anak swasta di kota itu, mengatakan kepada Reuters bahwa ia tidak akan menangani pasien kecuali dalam keadaan darurat.
Rumah sakit dan klinik di Lucknow di Uttar Pradesh, Ahmedabad di Gujarat, Guwahati di Assam dan Chennai di Tamil Nadu serta kota-kota lain ikut serta dalam aksi mogok tersebut, yang akan menjadi salah satu penutupan layanan rumah sakit terbesar dalam sejarah.
Pemerintah India memperkenalkan perubahan besar pada sistem peradilan pidana, termasuk hukuman yang lebih berat, setelah pemerkosaan massal di Delhi tahun 2012, tetapi para pegiat mengatakan sedikit yang berubah dan belum cukup banyak yang dilakukan untuk mencegah kekerasan terhadap perempuan.
"Perempuan merupakan mayoritas profesi kami di negara ini. Berkali-kali, kami telah meminta keselamatan bagi mereka," kata Presiden IMA R. V. Asokan.