Kemungkinan yang Bisa Terjadi Jika Trump Jadi Presiden Lagi (Bagian 2)


Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kemungkinan yang Bisa Terjadi Jika Trump Jadi Presiden Lagi - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Ekspor Indonesia ke AS melonjak 15,3% di era Trump dari US$ 16,14 miliar pada 2016 menjadi US$ 18,62 miliar pada akhir 2020. Kenaikan ini lebih tinggi dibandingkan empat tahun terakhir era Barack Obama yang hanya naik 8,52%.

Dampak Perekonomian RI Pasca Penembakan Trump

Ekonom INDEF Tauhid Ahmad menyampaikan bahwa penembakan Trump ini pada dasarnya akan menguntungkan Trump dan ia memiliki peluang menang ke depan.

Analis di Signum Global Advisors, Rob Casey, memaparkan bahwa percobaan pembunuhan ini telah menyulut api semangat dan loyalitas para pendukung Trump. Di mata mereka, Trump sudah menjadi martir politik, setelah berjuang melalui puluhan tuntutan pidana selama dua tahun terakhir.

"Acara ini berpotensi meningkatkan dukungan mantan presiden Trump dengan menyoroti semangatnya, memotivasi pendukungnya, dan membangkitkan simpati," ujarnya dikutip Financial Times, dikutip Senin (15/7/2024).

Pasca insiden ini, sejumlah pihak mulai menyatakan dukungan untuk Trump. Salah satunya adalah CEO Tesla Elon Musk dan manajer hedge fund, miliarder Bill Ackman.

Jajak pendapat yang dilakukan oleh NBC News, CBS News, dan Fox News, Trump masih unggul sejauh ini. Dalam jajak pendapat NBC News, Trump memimpin Biden, 45% berbanding 43%. Trump juga memimpin 2 poin dalam survei terakhir NBC pada bulan April.

Tauhid menegaskan bahwa dalam pengambilan kebijakan, ia akan berfokus untuk menekan inflasi dan konsekuensinya adalah kebijakan suku bunga akan jauh lebih lama di level yang tinggi sehingga suku bunga diperkirakan belum akan turun pada September 2024.

Oleh karena itu, Tauhid memperkirakan bahwa rupiah masih akan cukup sulit untuk stabil dan bergerak di bawal level Rp16.000/US$ dalam beberapa bulan ke depan.

Sejalan dengan Tauhid, ekonom senior Samuel Sekuritas Indonesia, Fithra Faisal menyampaikan bahwa kemenangan Trump  bisa jadi akan membuat The Fed gamang untuk menurunkan rate, mengingat kebijakan ala Trump yang sering memicu inflasi. Oleh karena itu, The Fed akan menunggu sampai akhir tahun untuk menurunkan rate-nya, dan terbuka kemungkinan untuk bisa jadi menunda penurunannya sampai tahun depan.

Sedangkan untuk rupiah, hal ini akan membawa rupiah ke keseimbangan baru di Rp16.000an.

CIO Mandiri Manajemen Investasi, Ernawan R Salimsyah menyampaikan kepada CNBC Indonesia bahwa volatilitas di pasar masih akan terus hadir hingga November 2024.

Saham-saham yang berada di sektor keuangan, layanan kesehatan, asuransi, dan minyak akan mendapatkan daya tarik yang lebih dibandingkan sektor lainnya.

Lebih lanjut, Ernawan menegaskan bahwa dampak peristiwa ini ke pasar domestik yakni sifatnya akan cenderung negatif, bukan struktural. Oleh karena itu, koreksi yang dalam akan menjadi kesempatan yang baik bagi investor untuk melakukan pembelian.

Sementara itu, Chief Economist BSI, Banjaran Surya Indarastomo mengungkapkan bahwa dengan semakin besarnya peluang Trump untuk menang dalam pemilihan tahun ini, maka hal ini akan menjadi angin segar bagi pasar keuangan Indonesia.

"Trump memiliki gaya American First, sehingga ekspor lebih kompetitif dan mau tidak mau, mereka akan membuat kurs melemah," ujar Banjaran.

Jika The Fed menurunkan suku bunganya, maka uang akan kembali masuk ke negara berkembang. Oleh karena itu, likuiditas yang masuk diperkirakan akan lebih tinggi.

Related

News 7574146845218190466

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item