Kisah Pria Asal Indonesia Jadi Penipu di Hollywood (Bagian 2)


Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Pria Asal Indonesia Jadi Penipu di Hollywood - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Ia mengatakan setelah pertemuan itu, melalui WhatsApp ia sempat mengatakan kepada Gobind, "Kalau kamu melakukan kesalahan, saatnya tobat untuk menghadapi konsekuensi, kalau ada orang di balik kamu, kamu harus ungkap," tutupnya dan menyebut itulah kontak dia terakhir sebelum hilang kontak.

Dalam percapakan WhatsApp, Gobind meminta Haseena, "Bila ini menjadi topik (pembicaraan) tolong ungkap ini untuk pembaca Indonesia. Hanya kamu yang punya akses. Sudah dulu, saya tak bisa tidur." 

Melalui WhatsApp dengan nomor telepon Inggris, Gobind terakhir terlihat pada 26 November pukul 06:37 (13:37 WIB).

Dalam percakapan dengan Haseena melalui Instagram, "Dia menggambarkan diri sebagai pria lajang yang tinggal di London (walaupun sekarang tampaknya tinggal di Manchester), senang berolahraga dan mandi air dingin."

Dalam percakapan dalam bahasa Inggris itu, ia menyelipkan bahasa Indonesia, dia tidak suka mandi air hangat karena akan merasa, "Aduh, tenang, ingin tidur."

Dalam percapakan itu, ia juga mengatakan pengalaman masa kecilnya yang tak mengenakkan karena sering dipanggil "banci". Ia juga mengatakan bertolak ke London dan mendapatkan hak tinggal di Inggris melalui pengacara di Hong Kong, karena ibunya lahir di wilayah China itu.

Punya dua komplotan di Jakarta

Sejauh ini belum banyak diketahui terkait latar belakang Tahilramani di Indonesia, namun menurut investigasi wartawan, Hargobind disebutkan punya komplotan di Jakarta.

Nicoletta Kotsianas, direktur K2 Intelligence yang disewa oleh eksekutif Hollywood yang ditiru suaranya untuk penyelidikan penipuan ini, mengatakan penipu kemungkinan menghasilkan antara US$1,5 juta sampai US$2 juta secara total.

"Para korban mengatakan mereka menyerahkan ratusan dolar per hari kepada supir sebagai 'biaya transportasi' dan sering juga ratusan dolar untuk 'izin foto' atau biaya lain yang disebut penting," tulis Vanessa Grigoriadis dan Josh Dean.

"Ratu itu, menurut polisi Indonesia, memiliki paling tidak dua komplotan di Jakarta, yang menagih biaya. Menilik informasi yang kami dapatkan dari korban ... Ratu Penipu biasanya mendapatkan beberapa ribu dolar per korban - selain mereka yang ditipu beberapa kali, dan bolak balik ke Indonesia dan masih berharap untuk mendapatkan karier besar," tambah mereka.

Titik terang dalam penyelidikan untuk mengungkap Ratu Penipu ini mulai terbuka ketika ditemukan paspor palsu melalui salah seorang korban, penulis skenario film, Greg Mandarano, dari Long Island.

Mandarano telah bertemu dengan si ratu enam kali dan dia kenal sebagai Anand Sippy (nama palsu lain). Mandarano juga memiliki foto-foto orang ini, serta salinan paspor (Indonesia) dengan nama berbeda Gobind Lal Tahil.

Nama Gobind juga ternyata palsu. Namun dari foto-foto yang dikirim ke Ben Decker, penyelidik informasi salah pada platform digital, ditemukan bahwa Gobind Lal ternyata terkait dengan pria Indonesia lain bernama Rudy Sutopo.

Kedua nama ini ditemukan melalui pengumuman satu perusahaan Indonesia yang meminta hak serial asing serial berjudul The Black Widow, yang rencananya akan diproduksi oleh dua pria itu.

Decken juga menemukan banyak hal tentang Rudy Sutopo, pengusaha Indonesia yang sempat dipenjara. Rudy Sutopo tidak dapat dikontak namun mantan istri yang tidak mau disebut namanya menyebutkan bahwa Gobind - nama panggilan Tahilramani - adalah murid Rudy.

Mantan istri Rudy juga mengatakan keduanya bertemu di penjara Cipinang, dan Rudy sering melindungi Gobind. Mantan istri Rudy menyebut Gobind tengah naik daun, tinggal di London dan bekerja untuk HBO, juga sebagai blogger makanan.

"Dia selalu mendengar kabar dia (Gobind). Hampir setiap hari, namun selalu melalui pesan langsung DM (direct message), dari salah satu dari banyak akun media sosialnya," tulis Vanity Fair.

Artis ini menyebut Tahilramani "teman baik namun tidak tahu nama keluarganya".

"Dia juga tidak punya nomor telepon atau email. Mereka sering kontak, namun Gobind yang mengawali. Keanehan ini tak pernah ia curigai, sampai kami memberi tahu dia tentang penipuan," tulis Vanessa Grigoriadis dan Josh Dean.

FBI mencari korban yang diundang ke Indonesia

FBI melalui situsnya mengatakan "mencari korban yang mungkin pernah pergi ke Indonesia antara 2013 sampai saat ini untuk mengejar tawaran kerjaan dari individu-individu yang mengklaim sebagai profesional dalam industri hiburan".

"Dalam skema penipuan transnasional yang masih berlangsung dengan sasaran warga AS, para korban dikontak dengan teks, email atau telepon dengan tawaran pekerjaan mewah dalam industri hiburan; para korban sampai saat ini termasuk penulis, artis pengganti, artis rias, jasa keamanan dan fotografer," tulis FBI.

"Para korban diberitahu bahwa pekerjaan mensyaratkan mereka untuk ke Indonesia, biasanya ke Jakarta untuk apa yang disebut mencoba jasa mereka. Begitu tiba di Indonesia, mereka ditemui seorang sopir dan dipaksa memberikan uang dolar Amerika untuk jasa sopir."

"Para korban diminta untuk terus membayar jasa lain dan biaya lain sampai perjalanan selesai atau mereka sadar mereka telah ditipu. Para korban tidak mendapat penggantian biaya perjalanan atau biaya lain saat di Indonesia," tambah FBI lagi.

"Untuk informasi, ini adalah penipuan yang masih berlangsung, dan mereka yang berencana untuk ke Indonesia untuk peluang kerja dalam industri hiburan harus melakukan riset tambahan dan berhati-hati," kata Biro Penyelidik Federal.

FBI - menurut Vanity Fair - bekerja sama dengan kepolisian Inggris, Scotland Yard, untuk mengungkap lebih lanjut tentang penipuan terkait pria yang diduga tinggal di Inggris.

Related

News 3906703813083618123

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item