Dari Mana Terorisme di Indonesia Mendapatkan Dana?


Sebuah studi yang dilakukan oleh Matthew Levitt dan Michael Jacobson (2008) menunjukkan bahwa berbagai kelompok teroris sering menyalahgunakan sumbangan amal melalui yayasan yang mereka bentuk atau berafiliasi dengannya, dan cara lain seperti dana internal, perampokan, penculikan, pembebasan sandera, serta teknik yang lebih kompleks seperti pengiriman uang, hawala, meretas situs investasi online, dan meretas dompet crypto.

Bagaimana di Indonesia?

World Giving Index 2021 telah mengukuhkan Indonesia sebagai negara paling dermawan di dunia. Soal kerelaan masyarakat Indonesia untuk berdonasi, khususnya untuk kegiatan keagamaan tak usah dipertanyakan lagi. 

Populasi mayoritas Muslim yang sangat besar di negara ini memberikan potensi besar untuk penggalangan dana bagi umat Islam kegiatan keagamaan, bencana atau infaq dan sedekah. Bahkan zakat, infaq, sedekah, dan wakaf pada tahun 2022 diperkirakan mencapai sekitar 22,4 triliun rupiah.

Potensi inilah yang menimbulkan risiko bagi aktivis radikal dan jaringan teroris untuk mengeksploitasi filantropi atau donasi yang ditujukan untuk bantuan kemanusiaan, bantuan bencana, atau korban perang untuk membiayai terorisme. Kelompok dan jaringan teroris mendapat manfaat dari kondisi amal umat Islam di Indonesia yang sangat menguntungkan untuk mereka.

Sebenarnya, pengumpulan dana oleh kelompok teroris berkedok sumbangan amal bukan hanya terjadi tahun-tahun sekarang, pada 1947 DI/TII di Jateng dan Jabar sudah berhasil mengumpulkan 30 juta tiap tahun yang mereka gunakan untuk operasional dan menghidupi para petingginya. 

Di 2011, penelitian yang dilakukan Solahudin mengungkap kelompok teroris Jamaah Islamiyah bersama LSM kemanusiaan KOMPAK mengumpulkan dana donasi, dan dari uang itu JI berhasil  membeli senjata dan bahan peledak dari kelompok Abu Sayyaf di Mindanao, Filipina. Kemudian dibagikan kepada JI dan Laskar Mujahidin (LM) untuk mendukung kegiatan mereka di Maluku.

Modus mereka banyak menyebar kotak amal yang kadang bergambar anak kecil di warteg, warung kelontong, atau di depan mini market, atau ATM ada orang yang menyerahkan amplop kosong pada kita untuk kita isi, itu trik penggalangan dana donasi mereka. Tanpa izin pemerintah, aparat keamanan, hanya izin dari pemilik warung. 

Yang tak kalah mengerikan, selain cara di atas, data dari BNPT dari tahun 2011 dan 2020, setidaknya ada tiga belas lembaga amal yang memberikan bantuan keuangan kepada kelompok teroris, baik secara langsung maupun tidak langsung. Mereka terkait dengan kelompok teroris JI, JAD, dan JAK.  

Pemerintah dan pemegang kebijakan diam atas hal ini? Tentu saja tidak, pada 2017 Densus 88 menangkap Ahmad Ramadlan Deny, pimpinan Azzam Dakwah dan diadili di PN Jakbar. Pada 2020 Densus 88 juga membongkar jaringan LSM Abdurrahman Bin Auf dengan 13.000 kotak amal yang mereka sebar, 41 orang ditangkap terkait ini. Kemenag sudah mencabut izin LSM tersebut, BNPT membekukan seluruh aset yang berkaitan dengan LSM Abu Ahmed dan lain sebagainya.

Related

Indonesia 6121236465733351278

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item