Cara Memanfaatkan Belatung untuk Mengurai Sampah Makanan
https://www.naviri.org/2023/07/cara-memanfaatkan-belatung-untuk.html
Jika ada yang bertanya organisme apa yang dapat membantu manusia mengolah sampah organik, jawabannya adalah larva serangga. Lebih tepatnya, larva Lalat Tentara Hitam (Hermetia illucens) atau umum dikenal sebagai Black Soldier Fly (BSF). Di pasaran, orang lebih sering menyebut larva ini sebagai maggots.
Belatung BSF memiliki kemampuan makan yang luar biasa cepat dan nafsu makannya sangat besar. Sebanyak 1 kg maggots dapat menghabiskan 10 kg sampah organik dalam kurun 6–8 jam, tergantung tingkat kehalusan sampah yang diberikan. Menariknya, saat mencapai fase prepupa hingga dewasa, BSF tidak makan sama sekali dan hanya fokus pada reproduksi, sehingga mereka tidak jorok seperti spesies lalat rumah atau lalat hijau.
Maggots memiliki kandungan protein yang sangat tinggi, yaitu 14–23 persen per 100 gram. Ini yang membuat larva BSF juga banyak dicari sebagai pakan ternak, selain berfungsi mempercepat proses pengomposan.
Larva BSF tidak memiliki gigi untuk mengunyah. Mereka makan dengan cara menyedot. Karena itu, makanan untuk maggots sebaiknya dihaluskan terlebih dahulu. Komposisi sampah makanan juga sebaiknya bergantung pada fungsi yang diharapkan dari maggots.
“Kalau akan difungsikan untuk membuat pupuk, lebih baik gunakan sampah sayuran dan buah. Kalau akan dijadikan pakan ternak, maka sebaiknya ada bahan protein hewani yang diberikan,” jelas Arie, salah satu peternak maggots di Bogor.
Menurut Arie, proses budidayanya tidak terlalu sukar, “Asalkan suhunya dijaga di kisaran 27°–32°C, aman. Tidak akan overpopulasi juga, karena lalat dewasa masa hidupnya pendek. Jantan akan mati setelah kawin, betina akan mati setelah bertelur. Kalau tidak kawin, mereka akan hidup selama 7–14 hari.”
Mengubah perilaku konsumsi makanan
Sebanyak 50,18 persen dari masyarakat Indonesia yang menjadi responden kajian FLW mengakui bahwa kelebihan porsi makanan, khususnya yang dikonsumsi di rumah, menjadi faktor utama penyebab timbulnya sisa makanan. Kultur masyarakat yang menganut prinsip “mending berlebihan daripada kekurangan” dinilai memiliki pengaruh kuat dalam hal ini.
Perlu ada sosialisasi yang konsisten dan menyeluruh untuk mengubah pola pikir ini agar konsumen di ranah rumah tangga lebih bijak dalam mengatur porsi makanan.
Selain itu, edukasi mengenai pembacaan yang tepat mengenai tanggal kedaluwarsa produk juga penting dilakukan, sebab penggunaan istilah “baik sebelum” pada label makanan masih kerap disalahpahami. Padahal, banyak produk yang masih layak konsumsi selama tidak mengalami perubahan tekstur, aroma, atau rasa.