10 Film yang Tidak Mungkin Tayang di Bioskop Indonesia
https://www.naviri.org/2022/01/10-film-yang-tidak-mungkin-tayang-di.html
Naviri Magazine - Indonesia memiliki badan sensor yang disebut Lembaga Sensor Film atau LSF. Tugas LSF, sebagaimana namanya, adalah menyensor bagian-bagian film yang dianggap tidak layak tonton, sebelum ditayangkan di bioskop. Misalnya adegan seks atau kekerasan yang terlalu vulgar. Lalu bagaimana jika keseluruhan film berisi adegan seks dan kekerasan yang vulgar?
Umumnya film memang menampilkan adegan seks dan kekerasan sebagai bumbu, dalam arti tidak terlalu banyak, dan hal itu mudah dihilangkan atau disensor dari film tanpa membuat penonton bingung saat menontonnya.
Tapi ketika sebuah film menampilkan banyak adegan seks dan kekerasan vulgar, bisa jadi LSF kebingungan. Jika adegan-adegan itu dihilangkan, penonton bisa bingung saat menontonnya, karena jalan cerita tidak utuh. Tapi LSF juga tidak mungkin meloloskan film dengan adegan-adegan semacam itu.
Di antara banyak film dengan adegan seks vulgar dan kekerasan yang menjijikkan, sepuluh film berikut ini hampir bisa dipastikan tidak akan tayang di bioskop-bioskop Indonesia.
Cannibal Holocaust (1980)
Cannibal Holocaust adalah film horor kanibal dan thriller Italia, yang dirilis pada 1980, disutradarai oleh Ruggero Deodato, asal Italia.
Film ini menceritakan hilangnya kru film secara misterius. Alan Yates, seorang sutradara, bersama Faye Daniels, pacarnya, serta Jack Anders dan Mark Tomaso yang bekerja sebagai juru kamera, berangkat menuju hutan di perbatasan antara Brazil dan Peru, untuk mendokumentasikan keberadaaan suku-suku kanibal di sana.
Seorang antropolog, Profesor Harold Monroe, diberi tugas oleh New York University untuk mencari tahu apa yang terjadi pada kru film tersebut.
Adegan-adegan menyayat hati banyak bertebaran di paruh 20 menit awal film hingga akhir film. Penonton akan terbelalak dengan spesial efek yang ada di dalamnya, yang menggambarkan aneka kekejaman, termasuk mutilasi dan lain-lain, dengan sangat gamblang. Patut dipuji, karena film ini dibuat pada era ’70-an, ketika teknologi perfilman belum secanggih sekarang.
A l’intérieur/Inside (2007)
“A l’intérieur” atau ”Inside” adalah film bergenre gore asal Prancis. Menonton film ini, kita seperti dipaksa naik jet coaster selama 80 menit tanpa berhenti. Dari awal, adegan yang ditawarkan di film ini sangat memacu adrenalin.
Cerita berawal dari suami dan istrinya, yang sedang hamil, mengalami kecelakaan tabrakan mobil dengan seorang wanita yang juga sedang hamil. Si suami meninggal, sang istri hidup beserta jabang bayinya. Wanita yang satu lagi juga masih hidup, tapi si jabang bayi tak bisa diselamatkan.
Empat bulan berlalu. Si istri, yang sekarang hidup sendiri dan masih mengandung, kedatangan tamu perempuan. Tujuan si wanita itu untuk balas dendam, dia ingin mengambil secara paksa si jabang bayi yang masih ada di dalam perut si istri yang lagi hamil tersebut.
Cutting Moments (1997)
Film berdurasi 30 menit ini bercerita tentang Sarah dan Patrick, suami istri yang dikaruniai seorang anak laki-laki. Suatu saat, pernikahan mereka di ambang kehancuran, karena kehidupan yang terlalu monoton.
Sarah berusaha membangun kembali keintiman dengan suaminya, dengan cara mempercantik diri. Tapi apa daya, Patrick tidak tertarik sama sekali, malah asyik menonton teve. Merasa usahanya sia-sia, Sarah memutuskan untuk mengambil jalan di luar akal sehat.
Karena merasa depresi, Sarah menggunting kedua bibirnya. Sambil berdarah, Sarah menemui Patrick. Bukannya terkejut, Patrick malah merasa bergairah. Mereka pun akhirnya memutuskan untuk bercinta.
Antichrist (2007)
Mengisahkan suami istri yang mengalami trauma berkepanjangan, terutama sang istri, disebabkan oleh meninggalnya anak mereka di saat mereka melakukan hubungan intim. Awalnya, anak mereka terbangun dari tidur, kemudian beranjak dari tampat tidur bayinya hingga merangkak ke atas jendela, yang akhirnya terjatuh dari jendela dan meninggal.
Sang suami terus melakukan terapi kepada sang istri, sampai akhirnya si istri dibawa ke kabin yang jauh dari perkotaan. Tujuannya membantu sang istri untuk melupakan trauma yang di alaminya. Tapi ternyata si istri menjadi semakin parah, dan melakukan hal-hal di luar akal sehat.
Hard Candy (2005)
Film ini adalah mimpi buruk bagi semua pedophilia. Ceritanya, seorang cewek berumur 14 tahun chatting dengan pemuda berusia 30 tahunan, dan mereka membuat janji pertemuan di sebuah coffee shop.
Setelah mengobrol cukup lama, akhirnya si cewek dibawa ke rumah si cowok, yang ternyata seorang pedophilia. Tetapi, si cewek sudah tahu hal itu. Singkat cerita, si cowok yang awalnya ingin mengeksekusi malah dieksekusi oleh cewek itu dengan cara cukup brutal.
Irreversible (2002)
Film ini dibintangi Monica Belluci dan Vincent Cassel. Inti ceritanya tentang balas dendam seorang suami yang istrinya diperkosa dan dipukuli sampai hampir mati oleh seorang cowok di lorong. Si suami membalas dendam dengan cara mengerikan.
Teeth (2007)
Seorang cewek bernama Dawn mendapat kutukan yang bisa dibilang aneh. Kutukannya itu berupa gigi-gigi taring yang bersemayam di dalam alat vitalnya.
Ceritanya, Dawn pacaran dengan Tobey, tapi putus. Kemudian, Dawn menjalin hubungan dengan cowok lain bernama Ryan. Dawn percaya bahwa Ryan bisa membantu menghilangkan kutukanya.
Sampai akhirnya Dawn berhubungan intim dengan Ryan yang ia pikir akan membuat hidup Ryan berubah total. Tapi kejadian berikutnya sungguh di luar dugaan.
A Serbian Films (2010)
Ada seorang mantan pemain film porno yang sedang menggalami keterpurukan finansial. Lalu datang seorang sutradara yang menawari bikin film porno, namun dengan adegan berbeda dari kebanyakan adegan film terdahulu. Seperti apa “adegan berbeda” itu? Jawabannya mengerikan.
Ken Park (2002)
Film ini banyak sekali adegan seksnya. Film ini menceritakan berbagai masalah anak muda terkait lingkungan mereka. Salah satu dari mereka punya ayah sangat protektif, yang menjaga agar anak ceweknya tidak sampai kenal pergaulan bebas. Tapi justru si anak tidak tahan, dan kemudian melakukan tindakan tak senonoh dengan kawan-kawannya.
Bedevilled (2010)
Dua orang gadis tinggal di desa, dan bersahabat sejak kecil. Menginjak dewasa, yang satu nasibnya lebih beruntung karena bisa tinggal di kota, dan yang satu lagi harus menetap di desa dengan kekejaman ibu mertua, suami, beserta adik iparnya.
Karena tidak kuat dianiyaya terus menerus, akhirnya dia pun menuntut balas kepada mereka yang telah menyakitinya dengan keji dan brutal.