Benarkah Wali Songo Berasal dari China? Ini Penjelasan Pakar Sejarah (Bagian 1)


Di Bravos Radio, yang siarannya bisa diikuti di internet, pernah ada wawancara menarik antara penyiar Karna Adibrata dan pemerhati sejarah, Batara R Hutagalung, tentang adanya klaim Wali Songo berasal dari China.

Dalam kesempatan itu, Batara menjelaskan bahwa klaim itu sebenarnya hanya ‘akal-akalan’ pihak Dinas Intelijen pemerintah kolonial Belanda. Data yang mereka sebarluaskan tujuannya untuk memecah kesolidan umat Islam.

Terkait Batara Hutagulung, publik mafhum bila dia adalah pemerhati sejarah yang suka membuka misteri arsip sejarah masa silam, seperti VOC, pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, serangan Umum 1 Maret 1949, pembantaian Westerling di Sulawesi Selatan dan Rawagede, dan lainnya. Berikut wawacara di Bravoos Radio itu.

Q: Mengapa kita harus mengangkat hal ini, alasannya mengapa kita harus menggali kembali kebenaran sejarah yang terungkap pada masa kini?

A: Saya dikenal sejak lebih dari 25 tahun suka membongkar-bongkar sejarah, pada intinya adalah meluruskan penulisan sejarah atau membongkar pemalsuan sejarah. Jadi, ada dua hal yang berbeda. Pertama, pemalsuan penulisan, peristiwanya ada, tetapi dipelesetkan, dipelintir. Yang kedua, tidak ada peristiwanya, tetapi dikarang peristiwanya, jadi itu pemalsuan sejarah.

Khusus mengenai tema kita kali ini, selama puluhan tahun, mungkin sejak tahun 70-an yang beredar di masyarakat itu bahwa beberapa Wali Songo, sembilan wali itu, orang China. Pada waktu itu kurang diketahui, kurang jelas sumbernya dari mana, saya sendiri hanya mendengar. Ketika tahun 1994, di mana saya mulai melakukan penelitian, semua hal yang bisa saya baca termasuk masalah ini. 

Kalau orang bertanya, dari mana sumbernya, sekarang saya bisa memastikan. Pertama, dari buku yang berjudul Tuanku Rao, ini sumber awalnya, yang kemudian dikutip. 

Jadi, buku Tuanku Rao ditulis oleh Mangaradja Onggang Parlindungan, dikenal sebagai MOP, kemudian dari buku ini dikutip oleh Prof Benedictus Slamet Muljana dengan buku judulnya adalah Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam Di Nusantara. Di buku ini Slamet Muljana mengutip yang ada di buku MOP, yang merupakan lampiran ke 31, dari halaman 650-672. Jadi, dikutip penuh oleh Prof Slamet Muljana.

Dalam buku MOP dijelaskan sumbernya adalah catatan tangan dari almarhum ayahnya, yaitu Sutan Martua Raja. Kemudian, mendapat catatan juga dari gurunya, dan Sutan Martua Raja ini mendapat catatan tangan dari konon seorang residen Belanda bernama Poortman tahun 1905 menjadi residen di Sipirok. Kemudian, dia dikatakan sebagai kepala dinas intelijen politik pada zaman penjajahan.

Kalau diteliti lebih lanjut disampaikan dalam bukup MOP, residen poortman ini pada 1928 mendapat tugas untuk melakukan penelitian apakah benar Raden Fatah merupakan keturunan dari China dituliskan dia pada 1928 menggeledah kuil/klenteng Sam Poo Kong di Semarang dan menyita tiga cikar/gerobak dokumen dalam bahasa China.

Disebutkan juga, penggeledahan dalam rangka ada pemberontakan PKI pada 1928 di Semarang. Jadi, perlu diluruskan pemberontakan PKI itu tahun 1926 di Banten dan Sumatra Barat, jadi itu sudah kesalahan cukup besar, karena di Semarang tidak ada pemberontakan PKI.

Berdasarkan dokumen-dokumen bahasa China yang dia sita, dia lakukan penelitian. Hasilnya dia buat catatan tangan dengan lima eksemplar. Satu untuk perdana menteri Belanda saat itu, satu untuk gubernur jenderal Hindia Belanda, tiga lagi untuk beberapa dinas. Ini dengan catatan itu sangat rahasia dan hanya boleh dibaca di kantor. Aneh kan? Tapi (hasil penelitian itu) dia sebarkan ke mana-mana.

Q: Jadi, sumber yang didapatkan awalnya dari buku Tuanku Rao tadi, buku tersebut terbit, atau cetakan pertama tahun?

A: Tahun 1964.

Q: Lalu dicetak sampai sekarang ini?

A: Tidak, jadi baru dicetak ulang, cetakan kedua tahun 2007.

Q: Lalu buku kedua, yang berjudul Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam Di Nusantara, diterbitkan kapan?

A: Pertama kali diterbitkan tahun 1968, tetapi waktu itu masih zaman Orde Baru dan dilarang karena pada masa itu masih konflik tentang Indonesia dengan China.

Q: Jadi, sebetulnya buku yang kedua ini pernah dilarang terbit, buku ini mengambil sebagian datanya dari buku Tuanku Rao tadi, dari buku ini perbedaan dengan buku yang pertama apa?

A:Perbedaannya hanya beberapa keterangan catatan, karena mungkin bahasa yang digunakan pada 1964 berbeda, jadi ada penjelasannya. Tapi, selain itu 99 persen itu sama seperti cetakan pertama. Dan, yang saya dapat ini merupakan catatan ke-7, yang diterbitkan oleh LKIS pada Februari 2009 dengan pengantar dari Dr Asvi Warman Adam, yang merupakan tokoh sejarawan.

Q: Yang Bapak telaah dari dua buku ini sangat berkaitan dengan Wali Songo tidak ada yang dari China. Dan, jelas dari buku pertama yang ditulis oleh MOP di situ jelas tertulis, bisa Bapak jelaskan siapa-siapa saja yang masih diasumsikan mereka itu dari China atau dari negara mana pun, bisa dijelaskan Pak?

A: Ya, sangat penting diketahui perbedaannya, kalau dibuku yang diterbikan oleh MOP, dia menulis bahwa sumbernya yaitu dari catatan ayahnya yang dikutip dari catatan Residen Poortman. 

Residen Poortman ini yang diketahui catatannya memberikan kepada Sutan Martua Raja ayahnya MOP, jadi disingkat jadi SMR. Jadi, MOP maupun SMR tidak pernah melihat sumber aslinya yang berbahasa China hanya catatan tangan, demikian juga MOP yang sempat belajar di Belanda melihat catatan tangan tersebut.

Baca lanjutannya: Benarkah Wali Songo Berasal dari China? Ini Penjelasan Pakar Sejarah (Bagian 2)

Related

Indonesia 5900372286044893225

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item