Kisah Wanita-wanita Penyelam Terhebat di Dunia
https://www.naviri.org/2021/11/kisah-wanita-wanita-penyelam-terhebat.html
Naviri Magazine - Tidak setiap wanita memiliki kemampuan sekaligus keberanian menyelam ke dasar laut, apalagi tanpa tabung oksigen dan peralatan menyelam. Namun, hal itulah yang dilakukan oleh wanita-wanita dari negeri-negeri di ujung timur, semisal Jepang dan Korea.
Di dua negara itu, ada tradisi unik sekaligus menakjubkan, salah satunya kehebatan para wanita di sana yang bekerja keras demi keluarga. Mereka bahkan rela mencari ikan dengan menyelam ke laut, dalam tanpa peralatan apa pun. Ternyata, tradisi ini sudah bertahan sejak ribuan tahun.
Di Jepang, mereka disebut Ama (kata "ama" juga dipakai untuk penyelam laki-laki, namun dibedakan penulisan huruf kanjinya). Para penyelam ini mencari ikan hingga kedalaman 25 meter atau lebih di bawah laut, tanpa tangki oksigen atau alat bantu pernapasan lainnya.
Konon, ama sudah ada sejak 2000 tahun lalu. Beberapa referensi yang menyebut tentang ama misalnya koleksi puisi Man'yoshu dari abad ke-8 dan buku Sei Shonagon's dari abad ke-10. Ama juga pernah dimunculkan dalam film James Bond "You Only Live Twice" (1967).
Hingga tahun 1960-an, perempuan yang menjadi ama biasa berenang bertelanjang dada. Pelindung tubuh hanya di bagian perut ke bawah, yang disebut fundoshi. Seiring perubahan zaman, barulah mereka menggunakan pakaian yang lebih lengkap.
Ada beberapa teori yang menyebabkan para perempuan tersebut menjadi penyelam laut dalam. Kemungkinan, di zaman dulu jumlah lelaki dan perempuan seimbang. Ketika kaum laki-laki memilih pergi berlayar menjadi pelaut, para wanita yang berdiam di rumah mencari ikan dengan cara menyelam. Akhirnya, kebiasaan ini diteruskan dari generasi ke generasi.
Haenyo
Hampir serupa dengan Jepang, di Korea juga ada tradisi yang mirip. Kaum wanita penyelam laut dalam ini disebut Haenyo (arti: wanita laut) dan banyak terdapat di provinsi Jeju.
Menurut hikayat, hingga abad ke-19, menyelam untuk mencari ikan hanya dikerjakan oleh kaum pria. Tingginya pajak yang dikenakan oleh kerajaan membuat pekerjaan ini tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan hidup. Akhirnya, para wanita yang mengambil alih.
Uniknya, ketika para wanita pergi menyelam, kaum pria yang bertugas sebagai 'bapak rumah tangga' di rumah merawat anak. Bisa dibilang, kaum perempuan menjadi kepala rumah tangga. Pemandangan seperti ini bisa dijumpai di Pulau Mara.
Namun, belakangan, berkembangnya industri di Korea semakin memangkas habis jumlah haenyo. Banyak perempuan yang bertumbuh dewasa memilih bekerja di pabrik atau pindah ke kota besar.
Bila di tahun 1950 dilaporkan masih ada sekitar 30.000 penyelam wanita, kini data yang diambil tahun 2003 silam menyebut hanya tersisa sekitar 5.000an penyelam. Bahkan 85% di antaranya sudah berusia di atas 50 tahun.