Kisah Pria Mencetak Uang Palsu Senilai Rp 3,4 Triliun, tapi Tidak Pernah Dipenjara (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Pria Mencetak Uang Palsu Senilai Rp 3,4 Triliun, tapi Tidak Pernah Dipenjara - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Bisnis uang palsu, dari sisi produsen seperti Bourassa, adalah upaya mencari profit lewat margin biaya cetak. Per bundel pecahan US$100, dia menjualnya US$30—untungnya lebih dari 100 persen ongkos produksi. 

Sayangnya, di titik ini pula uang palsu sangat berisiko. Karena kau wajib menjualnya, dan tidak bisa menghabiskannya sendirian, maka besar peluangmu harus selalu bertemu orang baru; orang yang tidak kau kenal ataupun kau percaya. 

Persis seperti itu nasib Bourassa. Seorang polisi yang menyamar pelan-pelan menyadari ada pemain baru dunia uang palsu yang mengedarkan pecahan nyaris mendekati asli. Uang cetakannya pun segera terpantau Dinas Intelijen AS dan Kepolisian Nasional Kanada.

Suatu hari, Bourassa mempersilakan orang yang baru dikenalnya datang melihat contoh uang palsu. Orang itu adalah perlambang nasib nahas sekaligus akhir kerajaan bisnisnya yang baru mekar beberapa bulan saja. Dia polisi yang menyamar.

Bourassa segera dicokok. Pemerintah AS menuntutnya diesktradisi, karena obyek yang dipalsukan adalah mata uang negara mereka. Bourassa langsung lemas mendengar informasi itu ketika diinterogasi polisi Kanada. Ekstradisi ke AS adalah akhir segalanya. Kau dipenjara jauh dari keluarga, tidak mungkin ada yang mengunjungi, dan tak punya siapa-siapa selama hidup dalam bui. 

"Aku waktu itu berpikir, 'oke ini akhir segalanya. Ini akhir hidupku'," katanya. "Aku yakin sekali akan dipenjara sangat lama, sehingga tidak akan bisa lagi bertemu ayahku. Barangkali dia akan meninggal dan aku tak bisa datang ke pemakamannya karena masih dipenjara."

Dewi Fortuna, rupanya, masih berpihak pada Bourassa. Pengacaranya saat itu dengan cerdik menemukan celah untuk mencegah aparat mengekstradisinya. Kok bisa? 

Semua juga berkat kehati-hatian Bourassa. Selama pengiriman bahan baku sampai ke percetakan, Bourassa tidak pernah melakukannya sendirian. Selalu ada orang lain. Tak ada sama sekali wajah Bourassa di CCTV selama proses pencetakan.

Alhasil, dia hanya dikenai dakwaan sebagai pengedar. Bourassa pun bersedia menyerahkan US$200 juta uang palsu yang belum dia edarkan kepada polisi Kanada untuk diperiksa dan dijadikan standar pemeriksaan mutu uang palsu lainnya. Alhasil, Bourassa hanya dikenai hukuman penjara enam minggu, yang tak perlu dia lakoni, dan membayar denda US$1.350.

Denda itu pun bukan untuk bisnisnya mengedarkan uang palsu, melainkan karena polisi menemukan sejumput pil narkoba di jok belakang mobilnya. "Aku beneran enggak pernah make narkoba. Entah gimana, polisi menemukan beberapa pil di mobil, mungkin itu punya salah satu klienku."

Menurut Bourassa, dia tak sampai dipenjara lama karena satu-satunya korban dalam bisnis ini adalah pemerintah.

Bourassa bilang, klien-kliennya tak ada yang beroperasi di Kanada dan AS. Nyaris semua uang palsu yang sempat dia edarkan dikirim ke Asia, Afrika, dan Eropa. "Aku jelas orang brengsek, silakan sebut aku kriminal. Tapi nyatanya selama melakukan kejahatan ini aku tidak pernah menyakiti orang lain. Satu-satunya kejahatanku adalah mengakali pemerintah."

Kira-kira, apakah dia tahu ke mana saja uang palsunya beredar? Bourassa bilang melacaknya sekarang sudah mustahil. 

Rupanya, ada faktor lain yang membuat Bourassa terhindar dari penjara. Dia bersedia menjadi informan polisi, bank, maupun perusahaan swasta untuk melacak dan mengidentifikasi uang palsu. Pemalsu dollar yang kualitasnya dikenal terbaik sedunia, kini menjadi orang yang memburu uang palsu lain di pasaran.

Selain itu, Bourassa sebetulnya tetap kalah ketika bermain-main melawan hukum. Dia memang tidak dipenjara, serta tidak diekstradisi, asal dia tinggal di Kanada. Artinya, Bourassa seumur hidup tak akan bisa ke luar negeri. Sejengkal saja meninggalkan tanah Kanada, maka dia akan langsung dicokok dan dibawa ke penjara AS. Kebebasannya terenggut.

Dinas Intelijen Dalam Negeri AS (Secret Service), menolak berkomentar mengenai perjanjian yang dibuat polisi Kanada dan Bourassa. Saat dihubungi, juru bicara Secret Service bilang investigasi atas pemalsuan uang yang dilakukan lelaki asal Quebec itu terus berjalan.

Kemungkinan besar, Bourassa masih dipantau polisi.

"Sekarang aku bahkan tidak mau lagi menyentuh lembaran uang palsu, sekecil apapun nominalnya," ujarnya. 

Tapi kalau ada kesempatan, maukah dia kembali menempuh semua risiko tersebut mencetak uang palsu yang kualitasnya mendekati sempurna?

"Mungkin saja. Setidaknya aku bahagia. Aku membuktikan bisa melakukan yang terbaik di bidang yang aku kuasai."

Related

International 355793524071301729

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item