Mengenal Napoleon Complex, Sindrom yang Kadang Dialami Orang Bertubuh Pendek
https://www.naviri.org/2021/08/mengenal-napoleon-complex-sindrom-yang.html
Naviri Magazine - Apakah kamu kenal seseorang yang ukuran tubuhnya tidak besar atau pendek? Coba perhatikan tingkah lakunya. Apakah mereka bertingkah secara agresif? Sehingga, meskipun pendek, mereka tidak akan luput dari pandangan mata, dan selalu kamu rasakah kehadirannya.
Jika ada teman kamu yang memenuhi ciri-ciri itu, ada kemungkinan ia mengalami Napoleon complex.
Napoleon complex adalah salah satu jenis inferiority complex yang diasosiasikan dengan orang bertubuh pendek. Mereka yang mengalami keadaan ini memiliki karakter sosial yang terlalu agresif dan mendominasi.
Mereka juga kadang berbohong akan sesuatu, dan suka melebih-lebihkan apa yang terjadi pada dirinya, supaya terlihat hebat. Hal tersebut dilakukan sebagai kompensasi dari tubuh mereka yang pendek, dan agar mereka tidak dinilai hanya dari postur tubuhnya tersebut.
Sesuai dengan namanya, sindrom orang pendek ini diambil dari nama sosok yang memimpin revolusi Prancis, Napoleon Bonaparte. Napoleon memiliki tinggi badan 170 cm. Untuk orang Indonesia, 170 cm tidak dapat dikatakan pendek. Sementara bagi rakyat biasa di Prancis pada saat itu (abad 18-19), ukuran tersebut tergolong rata-rata. Namun bagi seorang aristokrat Prancis, tinggi tubuh Napoleon di bawah rata-rata.
Kisah yang beredar adalah Napoleon berusaha mengimbangi kekurangan tinggi badannya melalui kekuasaan, perang, dan penaklukan bangsa-bangsa lain. Terlepas benar atau tidaknya cerita tersebut, Inggris cukup aktif menyebarluaskan kisah tersebut sebagai bagian dari kampanye propaganda untuk merendahkan musuh mereka, yaitu Napoleon Bonaparte itu sendiri.
Pada 1803, Napoleon menjadi berita di koran-koran Inggris dan diejek sebagai pria kecil yang pemarah.
Menariknya, tidak ada yang tahu pasti berapa tinggi sebenarnya tubuh Napoleon. Sumber sejarah yang berbeda akan mengatakan angka yang berbeda. Ada juga yang bilang bahwa kesan pendek tersebut terjadi karena pengawal-pengawalnya yang bertubuh tinggi sering terlihat berdiri di sebelahnya. Sehingga pendeknya tubuh Napoleon hanyalah persepsi yang terbangun karena orang-orang di sekitarnya memang lebih tinggi.
Napoleon complex bukanlah gosip semata. Beberapa penelitian dilakukan untuk mempelajari tingkah laku tersebut. Sebuah studi yang dilakukan oleh University of Central Lancashire di Inggris mengatakan bahwa teori orang pendek akan lebih agresif untuk mendominasi mereka yang lebih tinggi kemungkinan besar hanyalah sebuah mitos.
Studi tersebut menunjukkan bahwa orang pendek lebih jarang kehilangan kesabaran daripada mereka yang lebih tinggi. Kalaupun ada orang pendek yang agresif, hal tersebut belum tentu terjadi karena ukuran tubuhnya yang pendek atau karena mereka ingin mendapatkan perhatian.
Sebuah riset lain di Inggris, The Wessex Growth Study, meneliti tentang perkembangan psikologi anak-anak dari umur masuk sekolah sampai mereka beranjak dewasa. Studi ini memisahkan sampel berdasarkan gender dan status sosial ekonomi. Hasilnya, tidak ada perbedaan karakter yang signifikan atau aspek lain dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan tinggi badan.
Namun, Abraham Buunk, seorang profesor dari University of Groningen di Belanda menemukan hasil yang berbeda dari dua riset sebelumnya. Ia mengklaim bahwa Napoleon complex benar-benar ada.
Riset pada universitas tersebut menunjukkan bahwa 50% laki-laki yang memiliki tinggi 163 cm memiliki rasa cemburu yang lebih tinggi daripada mereka yang tingginya 198 cm.
Penelitian lain menunjukkan ada tanda-tanda terjadinya Napoleon complex pada pria. Penelitian tersebut dipimpin oleh Mark van Vugt, seorang psikolog dari Vrije Universiteit Amsterdam di Belanda.
Pria yang memiliki postur tubuh pendek disebut bertingkah laku lebih agresif dibandingkan mereka yang tinggi. Hipotesisnya adalah mereka yang secara fisik lebih lemah harus melakukan strategi prilaku alternatif untuk bisa bertahan di lingkungannya.
Bagaimana menurutmu? Apakah Napoleon kompleks memang benar-benar terjadi pada orang pendek?