Hasil Studi: Wanita Ternyata juga Mengalami Mimpi Basah
https://www.naviri.org/2021/08/hasil-studi-wanita-ternyata-juga.html
Naviri Magazine - Selama ini, banyak orang mengira kalau mimpi basa (wet dream) hanya dialami laki-laki, atau lebih spesifik; remaja laki-laki. Karena itu pula, banyak orang dewasa yang mengatakan bahwa salah satu tanda seorang remaja laki-laki memasuki masa akil balig adalah ketika dia mulai mengalami mimpi basah dalam tidurnya.
Tapi apakah hanya laki-laki yang mengalami mimpi basah? Ternyata tidak, karena perempuan pun ternyata mengalami hal serupa.
Mimpi basah alias nocturnal emission atau nocturnal orgasm memang lebih diasosiasikan dengan laki-laki dan bayangan erotis yang muncul ketika tidur, sampai-sampai hal tersebut membuat alat kelamin mereka berereksi dan ejakulasi. Namun pada kenyataannya, perempuan bukan tidak mungkin mengalami hal serupa.
Catatan studi atau sosialisasi mengenai hal ini nyaris tak terkemuka sebelum informasi menyebar mudah di dunia digital. Bisa jadi lantaran wacana soal seksualitas tabu untuk diangkat di ranah publik, apalagi bila menyangkut seksualitas perempuan.
Lama sebelum internet menjadi bagian dari keseharian masyarakat, studi-studi mengenai seksualitas perempuan dan mimpi basah telah dilakukan. Tahun 1953, biolog Amerika Serikat, Alfred Kinsey, membuat studi terhadap 5.940 perempuan sehubungan dengan mimpi basah. Hasilnya, 37 persen dari responden mengaku pernah setidaknya sekali mengalami nocturnal orgasm saat tidur.
Orgasme merupakan keadaan saat seseorang mengalami kontraksi pada area pelvisnya, setelah mendapat stimulasi seksual. Pada waktu yang sama, keadaan ini memicu lepasnya neurotransmiter pada otak yang menciptakan perasaan senang atau euforia, demikian penjelasan Michael Krychman, M.D., spesialis kandungan dan direktur eksekutif Southern California Sexual Health Center.
Dilansir Times of India, pada fase REM (rapid eye movement) ketika tidur, terjadi peningkatan aliran darah ke daerah pelvis. Ini menyebabkan ereksi pada penis dan lubrikasi pada vagina. Rangsangan seksual yang dialami perempuan saat tidur serupa dengan pengalaman menonton film erotis atau masturbasi. Sering kali, perempuan terbangun setelah mengalami rangsangan seksual atau orgasme pada saat tertidur.
Lebih lanjut, Kinsey berargumen, dalam satu minggu, bila perempuan lebih sedikit mengalami orgasme dari hubungan seks dengan pasangan, ia berkemungkinan mengalami sedikit lebih banyak orgasme pada saat tidur dalam setahun.
Benarkah argumen Kinsey tentang kaitan jumlah aktivitas seksual dan pengalaman nocturnal orgasm perempuan ini?
Tiga dekade setelah penelitian Kinsey dibuat, Barbara L. Wells menulis hasil studi bertajuk “Nocturnal Orgasms: Females' Perceptions of a ‘Normal’ Sexual Experience”. Temuannya menunjukkan bahwa perempuan yang teratur berhubungan badan atau bermasturbasi lebih dari sekali dalam seminggu, lebih berpotensi mengalami nocturnal orgasm.
Kendati demikian, potensi ini hanya sedikit lebih tinggi dibanding mereka yang masih perawan atau tidak melakukan hubungan seks dalam setahun. Maka, dalam kesimpulan studinya, Wells menyatakan tidak ada hubungan antara mimpi basah dengan kurangnya aktivitas seksual.
Di samping itu, Wells juga menegaskan bahwa kaitan antara mimpi basah dan level kecemasan seseorang nihil. Anggapan yang salah mengenai mimpi basah yang dialami perempuan bisa saja mendatangkan pelabelan yang tidak akurat seperti perempuan tersebut tertekan dalam kehidupan ranjangnya. Sebagaimana laki-laki, mimpi basah perempuan merupakan hal normal yang dapat dialami siapa pun.
Dalam tulisan lain, Wells mengemukakan usia saat responden-responden perempuannya pertama kali mengalami mimpi basah. Dari 85 persen responden yang pernah mengalami hal ini, banyak yang mengaku merasakan mimpi basah hingga orgasme pertama kali sebelum usia 21, bahkan beberapa dari mereka sudah mengalami sejak usia di bawah 13 tahun.