Studi Temukan Penyebab Turunnya Kadar Oksigen Pasien COVID-19
https://www.naviri.org/2021/07/studi-temukan-penyebab-turunnya-kadar.html
Naviri Magazine - Meski sebagian besar pasien yang terinfeksi virus Corona memiliki gejala ringan hingga sedang, COVID-19 dapat menyebabkan komplikasi medis yang fatal pada beberapa orang. Di antaranya termasuk pneumonia, sindrom gangguan pernapasan akut, cedera jantung akut, aritmia, syok septik, cedera hati akut, infeksi sekunder, dan cedera ginjal akut.
Beberapa pasien COVID-19 juga mengalami komplikasi yang tak biasa, seperti sindrom Guillain barre, ruam ungu, dan silent hypoxemia atau happy hypoxia. Di sisi lain banyak pasien COVID-19 yang tak menyadari bahwa dirinya terkena happy hypoxia karena merasa sehat-sehat saja.
Happy hypoxia merupakan kondisi ketika pasien mengalami penurunan oksigen, yang awalnya tidak merasakan sesak. Namun, pasien dengan kondisi tersebut bisa merasa sesak napas secara tiba-tiba dan dapat berisiko fatal.
Dikutip dari Healthshots, bagi orang yang sehat tingkat saturasi oksigen darah sekitar 95 persen atau lebih, sedangkan pada pasien happy hypoxia tingkatnya turun di bawah 94 persen.
Peneliti dari University of Seville di Spanyol menemukan penyebab kondisi tersebut. Mereka mengatakan bahwa infeksi di badan karotis akibat SARS-CoV-2, mungkin menjadi penyebab penurunan kadar oksigen dalam banyak kasus COVID-19.
Badan karotis adalah organ sensorik yang terletak pada kedua sisi leher di samping arteri karotis, untuk mendeteksi penurunan oksigen darah dan mengirim sinyal ke otak guna menstimulasi pusat pernapasan.
Dalam studi yang dirilis di jurnal Function ini, para peneliti menjelaskan bahwa infeksi badan karotis oleh virus Corona pada tahap awal penyakit dapat mengubah kemampuannya untuk mendeteksi kadar oksigen darah, dan menyebabkan penurunan oksigen secara mendadak di arteri.
Mereka juga menemukan adanya enzim ECA2 yang tinggi di dalam badan karotis. Enzim itu merupakan protein yang digunakan virus Corona untuk menginfeksi sel-sel manusia.
Hipotesis itu didukung dengan penggunaan aktivator badan karotis yang tidak bergantung pada mekanisme pengindraan oksigen sebagai perangsang pernapasan pasien COVID-19.