Kisah Vladimir Putin, dari Mata-mata Menjadi Penguasa Rusia (Bagian 1)


Naviri Magazine - Politik, tampaknya, memang membutuhkan intrik yang sering kali harus licik. Karena dengan cara itulah seseorang bisa mempertahankan atau meningkatkan kekuasaannya, sekaligus melibas lawan-lawannya. Hal serupa terjadi di Rusia, negara yang telah menempatkan seorang presiden hingga lebih dari 20 tahun. Siapa lagi kalau bukan Vladimir Putin.

Lamanya waktu itu pun belum tentu telah memuaskan Putin berkuasa. Karena, begitu masa kekuasaannya berakhir, ada kemungkinan dia akan mempersiapkan kekuasaan untuk periode selanjutnya, dan banyak pihak yang telah memastikan hal itu. Karenanya, kekuasaan Putin di Rusia tampaknya masih akan panjang.

Memang, pada saat ini, Putin bukan presiden atau pemimpin politik yang paling lama memimpin negaranya. Bahkan, Putin hanya nomor 21 dalam daftar pemimpin politik non-kerajaan yang paling lama memimpin sebuah negara. Putin masih kalah jauh dari Presiden Kazakhstan, Nursultan Nazarbayev, yang telah memimpin negara pecahan Soviet itu sejak 1984. 

Putin juga masih kalah dibandingkan dengan Presiden Tajikistan, Emomali Rahmon, yang telah menjadi presiden sejak 1992. Masa kepemimpinannya bahkan masih tergolong singkat ketimbang Alexander Lukashenko, Presiden Belarusia yang telah menjadi pemimpin politik negara itu sejak Juli 1994.

Namun tetap saja: Putin memerintah sangat lama. Di negeri yang telah mengadopsi demokrasi elektoral sebagai cara kerja pemilihan pemimpin politiknya, hal tersebut tergolong “menakjubkan”. Terlebih, yang dipimpin Putin bukanlah Kazakhstan, Tajikistan, ataupun Belarusia. Putin memimpin Rusia, negara yang “menguasai” ketiga negara yang disebut sebelumnya itu. 

Pertanyaannya: bagaimana bisa Putin mempertahankan kekuasaannya dalam waktu yang sebegitu lama?

Putin, yang oleh Economist disebut sebagai Tsar Abad 21, memulai perjalanan kariernya sebagai seorang pegawai intelijen Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti (KGB) usai lulus kuliah hukum di Leningrad State University pada 1975. 

Di KGB, Putin bertugas di divisi kontra-intelijen dan pengawasan diplomat asing di Moskow sampai 1995. Setelah itu, ia menjadi mata-mata selama enam tahun di Dresden, Jerman Timur, dengan menyamar sebagai penerjemah. 

Baru saat Tembok Berlin runtuh pada 1989, dan Soviet mengalami perpecahan politik, Putin kembali ke tanah kelahirannya, St. Petersburg, dan mundur dari KGB dengan pangkat Letnan Kolonel. 

Setelah itu, perjalanan politik Putin baru benar-benar dimulai. Ia menjadi penasihat wali kota St. Petersburg, Anatoly Sobchak, dalam bidang hubungan internasional sampai 1996, sembari aktif di partai politik Our-Home Russia buatan Perdana Menteri Viktor Chernomyrdin.

Di tahun 1996, Putin berpindah ke ibu kota Rusia, Moskow. Di situ, dia menempati beberapa posisi seperti Wakil Kepala Departemen Manajemen Properti Presiden (hingga Maret 1997); Wakil Kepala Staf Kepresidenan (hingga Mei 1998); dan ditunjuk oleh Presiden Boris Yeltsin menjadi direktur Federal'naya sluzhba bezopasnosti Rossiyskoy Federatsii (FSB)—badan intelijen penerus KGB—hingga Agustus 1999.

Pintu Politik Pertama 

Karier Putin melejit pesat. Sebelum dipilih sebagai direktur FSB, di 16 Agustus 1999 ia juga terpilih sebagai Perdana Menteri Federasi Rusia—perdana menteri kelima dalam satu setengah tahun terakhir. Putin pun, sejatinya, tak diharapkan untuk bertahan lebih lama ketimbang para pendahulunya. 

Namun Putin berbeda. Ia dengan mudah mendekatkan diri, meski tak pernah secara resmi bergabung, dengan Unity Party, partai baru yang meraih posisi dua dalam popular vote pemilu se-Rusia. Terlebih, dengan posisinya yang tegas dan keras dalam masalah pemberontakan Chechnya, popularitas Putin semakin meningkat meninggalkan para pesaingnya.

Maka, ketika Boris Yeltsin tiba-tiba mundur sebagai presiden Rusia di malam tahun baru 2000, tak ada lagi yang bisa menghadang laju Putin sebagai penguasa Rusia. Sesuai dengan peraturan Konstitusi Rusia 1993, perdana menteri akan menggantikan posisi presiden dan menggelar pemilu presiden dalam waktu tiga bulan. 

Perdana Menteri ke Presiden 

Menjadi Pelaksana Tugas (PLT) Presiden Rusia hanyalah awal bagi dominasi Putin di Rusia. Saat para pesaingnya bersiap melakukan pemilu presiden di bulan Juni, mundurnya Yeltsin berarti pemilu dimajukan menjadi Maret 2000, ketika itu Putin menang sekali putaran dengan 53 persen suara. 

Bertahan sampai 2004 tak menjadi masalah buat Putin. Dari 2000 sampai 2004, popularitasnya secara stabil relatif meningkat. Di tahun 2000, angka popularitas dan penerimaan masyarakat Rusia hanya mencapai 61 persen. Sementara, di akhir periode pertama, angka tersebut naik menjadi 83 persen. 

Peristiwa penyanderaan Teater Moskow oleh kelompok teror Chechnya yang merenggut 170 korban jiwa hanya memperkuat posisi Sang Inkumben. Putin, yang saat itu mengambil langkah keras nan kontroversial untuk menghentikan penyanderaan (plus serangan balasan ke kelompok teror Chechnya), dianggap sebagai pemimpin yang berani mengambil risiko. 

Bahkan, jatuhnya korban sipil akibat senjata yang digunakan pasukan antiteror khusus Rusia (menggunakan gas beracun) untuk melumpuhkan para teroris, tak dialamatkan pada Putin. Presiden George W. Bush, misalnya, menyebut meninggalnya korban itu “haruslah disalahkan kepada para teroris”.

Maka, pemilihan umum presiden tahun 2004 hanyalah formalitas serah terima jabatan, dari Putin kembali ke Putin. Ia terpilih lewat pemilu satu periode dengan perolehan 71 persen suara. 

Meski popularitasnya sempat turun di 2005 karena mengurangi jumlah tunjangan para pensiunan, tak ada hambatan berarti sampai ia menyelesaikan periode keduanya menjadi presiden. Di 2008, popularitasnya naik mengalahkan catatan 2004, yaitu mencapai 84 persen. 

Saat itu, yang menjadi pertanyaan justru bagaimana Putin mempertahankan kekuasaan setelah 2008? Konstitusi Rusia jelas melarang seseorang untuk menjadi presiden untuk tiga periode berturut-turut. Apakah Putin rela mundur sama sekali saat popularitasnya tengah tinggi-tingginya?

Jelas tidak. Desember 2007, tiga bulan sebelum pemilu dimulai, Putin secara terbuka mendukung Dmitry Medvedev untuk menggantikan posisinya sebagai presiden Rusia. 

Baca lanjutannya: Kisah Vladimir Putin, dari Mata-mata Menjadi Penguasa Rusia (Bagian 2)

Related

International 4959134253854515951

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item