Kisah Perjalanan Agnez Mo, dari Indonesia Menuju Panggung Internasional
https://www.naviri.org/2021/07/kisah-perjalanan-agnez-mo-dari.html
Naviri Magazine - Agnez Mo adalah ikon, dan kini penyanyi wanita Indonesia itu telah menjadi salah satu penyanyi internasional yang dikenal dunia. Kenyataan ini, sebenarnya, menakjubkan.
Karena, kalau diingat-ingat, sekian tahun lalu kita tentu mengenal sosok Agnez Mo—yang waktu itu bernama Agnes Monica—menyanyikan lagu-lagu Indonesia, dan bisa jadi kita tidak sempat memikirkan bahwa dia, suatu hari, akan dikenal sebagai penyanyi internasional.
Kenyataannya, kini, nama Agnez Mo dibicarakan oleh media-media di dunia, sebagaimana mereka basa menyebut nama-nama bintang lain yang terkenal. Pada 2017, misalnya, Majalah Vogue menulis artikel dengan judul "Is America Ready for Agnez Mo?" (Apakah Amerika Siap Menyambut Agnez Mo?).
Penulis artikel itu, Janelle Okwodu, membeberkan pengalamannya mewawancarai Agnez dalam sela-sela pembuatan video musik "Long as I Get Paid" di Pacific Palisades, sebuah daerah mewah di Los Angeles, California.
"Long as I Get Paid" adalah lagu tunggal (single) pertama penyanyi asal Indonesia itu dari album internasional pertamanya, bertajuk X yang dirilis pada 10 Oktober.
"Saya perlu memastikan bahwa apa yang saya bayangkan benar-benar terwujud. Saya pengkritik terbesar untuk diri saya sendiri. Saya ingin segalanya sempurna," tutur Agnez.
Dia menambahkan kalau ia bukan arogan, tapi sadar betul kalau dirinya sedang berevolusi dan maju ke arah yang benar. Tentu saja ini soal ambisinya untuk go international yang sudah dipupuk sejak belasan tahun lalu. Segala kritik dan badai kebencian menghampirinya, tapi toh sekarang ia memang terus maju.
Titik awal karier internasional Agnez bermula pada Juni 2013 saat ia merilis album studio keempatnya, Agnez Mo. Namanya diubah. Sejak awal kariernya pada usia 6 tahun ia selalu menggunakan nama "Agnes Monica."
Album Agnez Mo merupakan album pertama sang diva yang keseluruhan liriknya berbahasa Inggris. Meski begitu, album ini hanya dirilis di Indonesia melalui gerai minimarket dan secara digital.
Beberapa bulan kemudian, ia merilis lagu tunggal "Coke Bottle" bersama Timothy Zachery "Timbaland" Mosley. Sayangnya lagu ini gagal memasuki peringkat Billboard versi manapun. Tak jadi soal, Agnez malah makin mantap dengan rencananya merilis album internasional.
Untuk melapangkan jalan, pada November 2014, perempuan bernama lengkap Agnes Monica Muljoto ini bergabung dengan Wright Management Group. Manajemen penyanyi bentukan Johnny Wright itu berpengalaman menangani beberapa nama besar industri hiburan AS seperti Akon, Justin Timberlake, dan Britney Spears.
Tapi tidak secepat itu Agnez bisa membuat album internasional seperti penyanyi-penyanyi yang disebutkan di atas.
"Dia (Johnny Wright) kasih masukan buat aku. Pada akhirnya ada beberapa plan yang mau tidak mau berbeda dari plan awal aku. Dan aku tahu tujuannya itu bagus. Aku percaya sama dia," ucap Agnez kepada media.
Jeda dua tahun, Agnez disibukkan dengan berbagai proyek di Tanah Air. Ia membentuk The Freaks, kelompok suara yang berisi para pesohor muda lokal seperti Aliando Syarief, Nikita Willy, Calvin Jeremy, dan Rasya.
Mereka mendaur ulang dua lagu Agnes yakni "Ku Telah Jatuh Cinta" dan "Tak Ada Logika" menjadi satu lagu berjudul "Jatuh Cinta Tak Ada Logika."
Ia juga menjadi juri dalam ajang menyanyi The Voice Indonesia dan The Voice Kids Indonesia. Selain itu, Agnez sempat merilis parfum, jenama pakaian, dan menjadi duta sebuah jenama ponsel pintar.
Tentu saja ia tetap berkarya. Pada November 2015, Agnez Mo merilis lagu tunggal internasional keduanya berjudul "Boy Magnet", bekerja sama dengan John Dish, Xavi Alfaro, Hector Fonseca, dan Tommy Love.
Tahun berikutnya, di negeri sendiri, Agnez merilis lagu berjudul "Sebuah Rasa" yang diciptakan oleh Dewiq dan Pay Burhan, diproduseri Erwin Gutawa.
Kemudian, lagu tunggal "Long as I Get Paid" dirilis. Video musiknya jadi fenomena di YouTube. Hingga belasan juta kali ditonton, menyamai klip video "Coke Bottle" yang sudah lebih dulu hadir di situs pengaliran video yang sama.
Dalam video berdurasi empat menit 35 detik itu, Agnez tampil seksi dengan pakaian batik rancangan Anne Avantie, desainer kebaya kontemporer asal Semarang, Jawa Tengah. Dalam era di mana visual sama pentingnya dengan musik, Agnez memang jor-joran dalam video musik tersebut.
Ia menggunakan pengarah gaya Monica Rose yang biasa menangani bintang Hollywood seperti Behati Prinsolo, Chrissy Taigen, Khloe Kardasian, dan lainnya. Sementara untuk penataan rambut dan aksesoris, ia menggunakan jasa Larry Sims, penata dari majalah top dunia, Elle. Penata rias adalah Mylah Morales, langganannya Rihanna.
"Yang saya suka dari mereka bertiga adalah mereka mendengar dari apa yang saya ingin. Saya juga mendengar apa yang mereka inginkan. Jadi betul-betul pertukaran gagasan, kolaborasi yang sejati," ujar Agnez kepada Vogue.
Namun yang terpenting bagi wanita kelahiran Jakarta, 1 Juli 1986 ini, yang terpenting bukan hanya penampilan tapi gagasannya mengusir stereotipe penyanyi Asia. Agnez tampil dalam balutan kostum tradisional-kontemporer Indonesia, tapi dengan lantang ia bernyanyi hip-hop seperti penyanyi asli Amerika.
"Saya tak ingin menciptakan sesuatu yang berbeda hanya karena ingin berbeda. Saya hanya ingin jadi diri sendiri. Saya tumbuh melihat berbagai budaya berbeda, mendengar seluruh jenis musik, mempelajarinya. Itulah yang bikin saya seperti sekarang," ujar Agnez.