Kisah Pablo Escobar, Raja Narkoba dari Kolombia yang Suka Beramal (Bagian 2)
https://www.naviri.org/2021/07/kisah-pablo-escobar-raja-narkoba-dari_01736234585.html
Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Pablo Escobar, Raja Narkoba dari Kolombia yang Suka Beramal - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.
Escobar menggunakan uangnya untuk dirinya sendiri, keluarganya, dan berbagai keperluan untuk melindungi bisnisnya. Selain itu, dia juga menggunakan uangnya untuk membangun berbagai fasilitas umum, dan membagikannya kepada orang miskin. Tindakan itulah yang menjadikan banyak orang memujanya.
Seiring waktu, Escobar semakin dikenal secara internasional, sebagai jaringan narkoba terkenal lewat kartel Medellin. Ia menguasai sebagian besar pasar obat yang masuk ke Amerika Serikat, Meksiko, Puerto Rico, Republik Dominika, Venezuela, dan Spanyol.
Menghadapi sepak terjang Escobar di dunia narkoba, pemerintah Kolombia telah berusaha menangkal dan melawan. Mereka berupaya keras menutup bisnis kejahatan Escobar. Hasilnya, anak buah Escobar sering bentrok dengan polisi dan aparat negara, dan bentrokan itu mewarnai tahun-tahun panjang kekerasan di Kolombia.
Di tengah kekerasan yang makin meningkat di Kolombia pada masa-masa itu, Escobar masih terus menjalankan bisnisnya, dan untuk itu dia harus menyuap sekian banyak pejabat dan politisi. Seiring dengan itu, dia juga terlibat dalam serangkaian pembunuhan terhadap banyak orang yang menurutnya patut dibunuh, karena dinilai menghalangi bisnisnya.
Tingkat pembunuhan di Kolombia pun meningkat, karena Escobar menggelontorkan uang kepada pembunuh bayaran untuk menghabisi para polisi. Sebagai hasilnya, laporan Boston Globe menyebut 600 polisi tewas di tangan anak buah Escobar. Belum lagi keterlibatannya dalam pembunuhan calon presiden Luis Carlos Galán yang difavoritkan menang dalam pemilu Kolombia tahun 1990, dan serangkaian aksi lainnya.
Pada 1985, Escobar disebut-sebut turut mendukung gerakan kelompok gerilyawan sayap kiri Kolombia, bernama M-19, saat menyerbu Mahkamah Agung sebagai jawaban atas konstitusi perjanjian ekstradisi dengan Amerika Serikat, dan membunuh setengah dari seluruh hakim di tempat tersebut.
M-19 mendapat titipan dengan dibayar untuk membakar semua dokumen yang berisi daftar para penyelundup kokain yang akan diekstradisi ke Amerika Serikat, yang salah satunya Pablo Escobar.
Pertengahan 1991, pemerintah Kolombia makin serius dalam memburu Escobar. Dengan bantuan pasukan khusus dari Amerika Serikat, mereka akhirnya mendesak Escobar untuk menyerah. Escobar bersedia ditangkap, waktu itu, tapi dengan negosiasi bahwa dia boleh membangun penjaranya sendiri di La Catedral, sebuah dataran tinggi dekat Medellin. Dalam penjara itu, Escobar memenuhi penjaranya dengan berbagai fasilitas mewah.
Satu tahun kemudian, pada 1992, pemerintah Kolombia mendapati Escobar masih menjalankan bisnis kokain dari balik penjaranya. Aparat Kolombia pun mengepung tempat itu, namun Escobar sudah melarikan diri.
Pengejaran pun dilakukan, dan Kolombia menerjunkan pasukan bernama Search Bloc, yang merupakan pasukan khusus terlatih. Selama pasukan itu mengejar Escobar, musuh-musuh kartel Medellin ikut memburu Escobar. Musuh-musuh itu bergabung dalam kelompok yang disebut Los Pepes. Kali ini, yang menginginkan Escobar tertangkap (atau terbunuh) bukan hanya pemerintah Kolombia, tapi juga musuh-musuhnya.
Selama pasukan pemerintah Kolombia memburu Escobar, Los Pepes membantai rekan-rekan Escobar di Kolombia, termasuk pengacara, kerabat, dan lainnya. Sejumlah besar properti milik kartel Medellin juga dihancurkan. Melihat hal itu, pasukan pemerintah Kolombia bersekongkol dengan Los Pepes untuk melakukan perburuan bersama terhadap Escobar.
Akhirnya, berdasarkan pelacakan melalui transmisi telepon radio, mereka menemukan Escobar bersembunyi di Los Olivio, sebuah kampung kelas menengah di Medellin. Baku tembak pun terjadi saat pasukan gabungan itu mengepung tempat persembunyian Escobar yang ditemani pengawal pribadinya, Alvaro de Jesús Agudelo.
Dalam kronologi penangkapan yang dirilis U.S Drug Enforcement Administration, pada waktu itu Escobar bersama pengawalnya berusaha melarikan diri dengan berjalan di atap rumah, dan di waktu itulah keduanya ditembak polisi Kolombia. Escobar dilaporkan mengalami luka tembak di kaki dan tubuh bagian atas, dan yang paling fatal adalah tembakan di telinga. Peristiwa itu terjadi pada 2 Desember 1993.
Kontroversi yang meliputi kematian Escobar adalah tidak ada yang mengetahui secara pasti siapa yang melepaskan tembakan hingga tepat di telinganya, atau proses itu baru dilakukan setelah ia terjatuh.
Sementara beberapa kerabat Escobar percaya ia mengakhiri hidupnya sendiri dengan menembak diri tepat di telinga. Yang jelas, sebagaimana yang disebut buku Loving Pablo Hating Escobar, pemakaman gembong narkoba itu dihadiri oleh lebih dari 25.000 orang.
Setelah kematian Escobar, pasar kokain beralih tangan, didominasi oleh rivalnya, yaitu kartel Cali, sampai pertengahan 1990-an, hingga kemudian pemimpin kartel itu terbunuh.