Kisah Nosa Sandi Prasetyo, Hacker Indonesia yang Sukses Bikin Google Bertekuk Lutut
https://www.naviri.org/2021/07/kisah-nosa-sandi-prasetyo-hacker.html
Naviri Magazine - Dunia hacking atau keamanan teknologi di dunia maya, memang menjanjikan banyak hal bagi pelakunya. Selain mendapat ilmu dan pengalaman, uang yang melimpah juga bakal diterima oleh mereka yang berkecimpung di dunia tersebut.
Setelah heboh dengan kasus Haikal yang sukses membobol ratusan situs, kini muncul nama lain yang tak kalah sangarnya.
Dia adalah M. Nosa Sandi Prasetyo atau akrab disapa Nosa. Dilansir dari YouTube Nosa Shandy, dia sukses menjebol celah keamanan milik Google yang ditemukannya.
Sebagai seorang pencari bug (bug hunter), prestsinya itu tergolong luar biasa. Padahal, Nosa adalah lulusan SMA di jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial yang sama sekali tak ada hubunganya dengan dunia komputer.
Lelaki kelahiran 30 September 1999 itu sejatinya memang telah memiliki minat yang besar di bidang IT. Ia awalnya menyukai program game saat masih duduk di bangku SD.
Saat beranjak ke Sekolah Menengah Pertama, barulah dia mengenal dunia software dan seluk beluknya. Bahkan, Nosa berhasil menciptakan sebuah virus komputer sederhana pada saat itu.
Dari sini, kemampuannya terus diasah hingga Nosa duduk di bangku SMA. Saat itu, dia telah memiliki keahlian dalam membuat kode program untuk menjalankan perintah tertentu.
Keahliannya itu pernah digunakan untuk membobol sebuah akun rapor online dan akun ujian berbasis Android. Hal ini terjadi setelah dia berhasil menemukan sebuah celah keamanan (bug) pada program tersebut.
Teknik inilah yang terus dikembangkan oleh Nosa hingga membuat Google membayar dirinya.
Berhasil menemukan bug di berbagai program, Nosa tertantang untuk menemukan celah sensitif milik raksasa internet, Google. Percobaan pertamanya diaplikasikan pada Maret 2018 dengan menggunakan browser Internet Explorer dan Mozilla Firefox.
Laporan awal yang ia kirim ditolak mentah-mentah oleh Google karena dianggap tak memenuhi syarat. Tak menyerah, ia kembali melakukan eksperimen namun dengan cara berbeda.
Tak disangka, laporan bug-nya diapresiasi oleh Google dan memberinya hadiah berupa uang sebesar US$ 7.500 atau setara dengan 109 juta rupiah. Nosa pun semakin bersemangat menekuni bidang tersebut.
Sayang, keterampilan Nosa di bidang IT kurang mendapat angin segar dari dunia pendidikan. Ia ditolak masuk ke Perguruan Tinggi Negeri saat hendak mengambil jurusan IT.
Alasannya pun cukup sederhana. Ia gagal karena jurusan tersebut hanya dikhususkan untuk mereka yang berlatar belakang lulusan IPA. Nosa yang alumni kelas IPS, akhirnya tak bisa masuk jurusan tersebut.
Berbekal pengalamannya menemukan celah keamanan di Google, Nosa kini semakin rajin menekuni profesi sebagai bug hunter.
Isu yang terkait seperti security engineering, menjadi santapan sehari-harinya saat di depan layar komputer. Bahkan, pemuda asal Bukir, Kota Pasuruan itu berniat ingin menjadi pengangguran sukses dari hasilnya sebagai bug hunter.