Keajaiban Sains: Tak Lama Lagi, Bayi Bisa Dihasilkan Tanpa Wanita
https://www.naviri.org/2021/07/keajaiban-sains-tak-lama-lagi-bayi-bisa.html
Naviri Magazine - Untuk memiliki bayi yang merupakan darah daging sendiri, diperlukan proses yang melibatkan pria dan wanita. Pria memiliki sel sperma, sementara wanita memiliki sel telur.
Saat pria dan wanita berpasangan, sel sperma akan membuahi sel telur, hingga terbentuklah janin yang akan berkembang menjadi bayi, untuk kemudian dilahirkan sembilan bulan kemudian. Pihak yang melahirkan tentu saja wanita.
Proses itu, selama ini, menjadi proses alami yang biasa dilakukan pasangan pria dan wanita yang menginginkan anak. Namun, bagaimana jika ada pasangan homoseksual (pria dan pria) ingin punya anak yang berasal dari darah daging sendiri? Tentu saja terdengar rumit, tapi tampaknya masalah itu akan terpecahkan tak lama lagi. Dengan penemuan terbaru, tak lama lagi orang akan bisa menghasilkan bayi tanpa harus ada peran wanita.
Naoke Irie, dari Welcome Trust Cancer Research University of Cambdridge, memublikasikan makalah hasil penelitian menarik di jurnal Cell tentang peran SOX 17 dalam mengatur perkembangan primordial germ cell (PGC).
Seperti diberitakan situs IFLScience, PGC bisa dikatakan sebagai sel punca yang akan berkembang menjadi sel telur dan sel sperma. Perkembangan PGC ditentukan oleh sejumlah gen serta hormon yang diproduksi oleh tubuh.
Selama ini, gen yang dikenal sebagai penentu perkembangan PGC bernama keluarga gen SOX. Dalam penelitian, Irie beserta rekannya menemukan bahwa SOX17 pun berperan menentukan perkembangan PGC, apakah akan menjadi sel sperma atau sel telur.
Dengan mengetahui peran gen tersebut, peluang untuk merekayasa perkembangan sel bisa dilakukan. Misalnya, hormon atau zat kimia tertentu dimanfaatkan untuk menginduksi agar PGC berkembang menjadi sel telur, meskipun berasal dari tubuh laki-laki.
Karena PGC dari tubuh laki-laki membawa kromosom X, sel telur yang dihasilkan nantinya bisa berfungsi. Sel telur itu selanjutnya bisa dibuahi oleh sperma dari laki-laki lain, sehingga menghasilkan zigot dan kemudian berkembang menjadi embrio.
Meski wanita tidak dibutuhkan dalam proses menghasilkan bayi, ibu wali tetap dibutuhkan untuk membawa embrio, sehingga memungkinkannya berkembang menjadi bayi yang dilahirkan 9 bulan 10 hari kemudian.
Secara teknologi, modifikasi perkembangan sel PGC dimungkinkan. Namun, tantangan yang lebih besar nantinya adalah masalah moral. Bisakah mengatur perkembangan sel? Bisakah dua laki-laki memiliki anak biologis? Pasti akan ada yang mengatakan, itu menentang kodrat.
Modifikasi perkembangan PGC hanya alternatif bagi pasangan laki-laki yang menginginkan anak biologis. Sementara itu, wanita tetap berarti bagi pasangan heteroseksual. Bagi pasangan sesama jenis untuk wanita, alternatif serupa mungkin akan dibuat pada masa mendatang.