Kapal Misterius Berisi Mayat Terus Menerus Terdampar di Perairan Jepang, Apa yang Terjadi?
https://www.naviri.org/2021/07/kapal-misterius-berisi-mayat-terus.html
Naviri Magazine - Mendadak saja, ada ratusan kapal terdampar di tepian pantai Jepang. Sebagian isinya adalah mayat. Ini persoalan sosial serius yang sekarang membingungkan aparat di Negeri Matahari Terbit.
Ada 100-an kapal kayu reyot terdampar di Jepang utara setiap tahun. Kapalnya ada yang kosong, dan ada juga yang membawa mayat atau kerangka manusia. Orang-orang pun menyebutnya "kapal hantu" dan menduga datang dari Korea Utara.
Kapal-kapal ini cukup sering masuk ke perairan Jepang. Pada musim gugur dan dingin, puluhan kapal terbawa arus ke kepulauan Jepang dari arah barat. Tahun lalu, VICE News melaporkan bahwa ada 44 kapal hantu yang terdampar di seluruh Jepang.
Tahun ini, surat kabar Jepang Yomiuri Shimbun memberitakan bahwa penjaga pantai Tokyo mencatat 89 kapal baru, baik rusak maupun terlantar, yang telah teridentifikasi di dekat pantai Jepang. Kebanyakan kapal ditemukan di sekitar utara Hokkaido, dan hampir semuanya berada di sisi barat Jepang yang menghadap ke Semenanjung Korea. Dari 89 kapal, lima di antaranya berisi 12 jasad manusia.
Para analis beranggapan, kapal-kapal ini kemungkinan mengangkut pengungsi yang terusir lewat jalur laut akibat memburuknya ketegangan sosial dan politik di Korea Utara. Selain itu, ada juga yang berpendapat kapal tersebut berisi nelayan yang kesulitan memenuhi kuota penangkapan ikan, mencoba kabur, tapi akhirnya tewas di laut akibat kekurangan makanan dan air bersih.
United Press International menerangkan, para nelayan di Korea Utara merasa tertekan oleh rezim Kim Jong-un yang menuntut mereka untuk menghasilkan lebih banyak ikan guna meningkatkan sumber protein di sana. Mereka mungkin terpaksa mengambil risiko dan berlayar lebih jauh untuk menangkap ikan.
Apa pun penyebabnya, kapal hantu yang rutin masuk dari Korea Utara meningkatkan kekhawatiran bagi keamanan Jepang. Pihak berwenang memperketat patrolinya kepada semua kapal dan awak kapal—baik masih hidup atau sudah mati.
Meski sebagian besar kapalnya tidak berawak dan penuh mayat, beberapa di antaranya membawa awak kapal yang masih sanggup bertahan hidup hingga perairan Jepang. Tahun lalu, sejumlah nelayan itu dipulangkan ke tanah airnya, bersama jasad rekan-rekannya.