Berjalan-jalan di Hutan Ternyata Sangat Baik untuk Kesehatan (Bagian 1)
https://www.naviri.org/2021/07/berjalan-jalan-di-hutan-ternyata-sangat.html
Naviri Magazine - Berjalan-jalan di tengah banyak pepohonan yang hijau dan segar, tentu pengalaman yang menyenangkan, khususnya bagi warga perkotaan yang biasa menjumpai gedung-gedung pencakar langit yang gersang. Begitu pula, menghirup udara segar di alam yang bersih juga menyenangkan, setelah sehari-hari terpaksa menghirup udara kotor penuh polusi dan asap kendaraan.
Kenyataannya, berjalan-jalan atau bahkan berdiam diri di tengah alam yang murni, semisal hutan, memberi efek menyenangkan sekaligus menenangkan, baik untuk fisik maupun pikiran. Bagi orang Jepang, hal semacam itu bahkan telah menjadi tradisi sejak lama, dan pada akhirnya dipromosikan secara resmi oleh pemerintah.
Pengukuhan program ini terjadi pada 1985, usai diusulkan oleh kementerian kehutanan dan kemudian menjadi program kesehatan publik nasional. Namanya forest-air bathing and walking, atau mandi hutan. Dalam bahasa Jepang disebut Shinrin-yoku.
Mengapresiasi alam bukanlah hal baru bagi rakyat Jepang. Mereka sudah terbiasa dengan kegiatan semisal piknik bersama keluarga di bawah pohon Sakura yang sedang menggugurkan bunganya. Promosi pemerintah atas program mandi hutan pun tak butuh waktu lama untuk populer di kalangan warga.
Seorang zen legendaris asal Negeri Matahari Terbit itu pernah melempar pertanyaan, “Jika sebatang pohon jatuh di tengah hutan dan tak ada seorang pun yang mendengarnya, apakah berarti kejatuhan itu tetap melahirkan bunyi?”
Untuk menjawabnya, si master tak melakukan apa-apa. Kemudian pencerahan itu pun datang sendiri kepadanya. Demikian pula cara kerja dari tradisi mandi hutan bekerja: Anda tak perlu melakukan apapun.
Kegiatan ini bukan bertujuan untuk memompa adrenalin sebagaimana berpetualang, menaklukkan ego dan terjalnya tebing sebagaimana para pendaki gunung, atau membawa sepeda gunung ke puncak paling tinggi untuk kemudian dituruni dalam rangka olahraga ekstrem.
Yang perlu Anda lakukan hanyalah pergi ke tengah-tengah pepohonan atau ke kawasan hutan bambu, cari suasana yang tenang, lalu relaksasi. Beberapa orang melakukannya dengan bermeditasi dengan cara duduk di bawah pohon yang rindang.
Penelitian awal yang dilakukan untuk menganalisis efek dari mandi pohon ini pernah dilakukan pada akhir 1990-an oleh ahli terapi geronto asal School of Medicine di Universitas Hokkaido. Riset ini melibatkan 87 orang yang berstatus pasien diabetes dengan pengobatan non-insulin.
Tugas para responden adalah menempuh jarak 3 km dengan estimasi waktu 30 menit untuk menyelesaikannya, atau jalur kedua sejauh 6 km dalam waktu satu jam. Kedua jalur sama-sama melewati hutan, di mana mereka kemudian diambil sampel darahnya secara berkala.
Setelah dilakukan selama sembilan kali dalam kurun waktu enam tahun, hasilnya menunjukkan bahwa mandi hutan alias Shinrin-yoku secara signifikan mampu memperbaiki kondisi ke-87 pasien diabetes dengan menurunkan kadar glukosa darahnya hingga 38,9 persen, untuk jalan sepanjang 3 km, dan 40 persen untuk jalan sepanjang 6 km.
Pada 2004 hingga 2012, pemerintah Jepang telah menghabiskan sekurang-kurangnya US$4 juta untuk meneliti lagi program ini, untuk berupaya membedah efek psikologisnya. Pada 2014, tiga orang akademisi yang pertama bergerak adalah Yuko Tsunetsugu, Bum-Jin Park, dan Yoshifumi Miyazaki. Tajuk penelitian mereka, “Therapeutic Effects of Forest”, dan fokusnya pada efek alam terhadap kepekaan penglihatan, bunyi, bau, dan sentuhan.
Baca lanjutannya: Berjalan-jalan di Hutan Ternyata Sangat Baik untuk Kesehatan (Bagian 2)