Bagaimana Limbah Industri Meracuni Air Sungai? Ini Penjelasannya
https://www.naviri.org/2021/07/bagaimana-limbah-industri-meracuni-air.html
Naviri Magazine - Sebenarnya, limbah industri bisa dibilang tidak memiliki volume yang tinggi. Namun, limbah industri memiliki daya rusak yang paling kuat. Limbah industri mengandung racun-racun yang sangat potensial dalam memunculkan dampak pencemaran air sungai.
Limbah itu mempengaruhi naik turunnya keasaman air, perubahan sifat fisik, tertutupnya permukaan air, dan meningkatkan jumlah padatan yang tersuspensi dalam air.
GreenPeace, Walhi Jawa Barat, Pawapeling, dan LBH Bandung, pernah melakukan penelitian terkait hal ini, dan menemukan bahwa 4 desa di Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung berstatus cemar berat akibat ulah limbah industri. Ditemukan bahwa air yang mengalir di sungai dan sawah warga mengandung timbal (Pb), merkuri (Hg), kromium (Cr), tembaga (Cu), dan seng (Zn).
Limbah pabrik mengalir di sungai yang berdekatan dengan sawah warga. Pada 24 Mei 2016 silam, 4 LSM menggugat Surat Keputusan Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC) oleh Bupati Sumedang. Mereka secara sekaligus juga mengajukan gugatan terhadap tiga perusahaan tekstil di Rancaekek, Sumedang, Jawa Barat.
Tidak jauh dari Rancaekek, penelitian di Majalaya, Jawa Barat, menemukan bahwa ikan sapu-sapu di Majalaya mengandung 20.000 ppb atau logam timbal. Terjangkitnya kadar logam karena ditentukan oleh kekuatan fisiologis ikan. Ikan sapu-sapu hidup di dasar sungai, sementara di dasar sungai terdapat kandungan limbah yang mengendap.
Sedangkan dari penelitian lain yang dilakukan pada 2016, ditemukan kenyataan bahwa air Sungai Bengawan Solo, Karanganyar, tercemar akibat limbah industri. Penelitian itu mendeteksi adanya kandungan sulfida di air sungai. Karenanya, penelitian itu pun merekomendasikan industri di sekitar Sungai Bengawan Solo lebih serius mengoptimalkan IPAL.
Kemudian di Surabaya, Jawa Timur, menurut hasil riset Ecoton dan National Institute Minamata Disease menunjukkan bahwa badan air, lumpur, kerang, ikan, dan ekosistem Kali Surabaya telah terkontaminasi merkuri, timbal, kadmium, tembaga, dan besi, dengan kadar yang melebihi ambang batas.
Logam berat yang dibawa oleh limbah pabrik mengandung racun yang berbahaya bagi biota air dan manusia. Kandungan timbal, misalnya, jika menginfeksi manusia akan berakibat kerusakan ginjal, sistem syaraf dan otak, anemia, nyeri dan kelemahan otot, mual, dan sakit perut.
Buruk atau tidaknya kualitas air sungai tergantung kepekaan manusia, bahwa alam adalah bagian dari dirinya di masa depan. Alam memang memiliki kemampuan untuk mengatasi pencemaran secara alami, namun ada batasnya. Bagaimana pun, manusia juga harus ikut menjaga kelestarian alam, yang salah satunya kebersihan sungai.