Yenny Wahid Blak-blakan Praktik Korupsi di Garuda Indonesia
https://www.naviri.org/2021/06/yenny-wahid-blak-blakan-praktik-korupsi.html
Naviri Magazine - Kondisi keuangan maskapai PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengalami keterpurukan di tengah pandemi Covid-19. Selain karena faktor operasional yang sangat mahal, ternyata ada faktor lain yang turut membebani kondisi Garuda saat ini, di antaranya karena biaya pesawat yang terlalu mahal.
Dikutip dari Koran Sindo, Komisaris Independen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Yenny Wahid mengakui, kondisi ini terkait dengan proses pengadaan pesawat di masa lalu yang sarat praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
"Sebagian pelakunya telah dipidanakan, namun efeknya tetap kami rasakan sampai sekarang karena kontrak pesawat bersifat jangka panjang," bebernya.
Pengadaan beberapa pesawat Garuda Indonesia memang bermasalah. Garuda punya pesawat yang tidak pas untuk kebutuhan topografi Indonesia. Contohnya pesawat Bombardier CRJ1000.
Pesawat ini tidak cocok di Indonesia karena membutuhkan runway panjang, padahal rata-rata bandara udara di sini memiliki runway pendek. Pesawat jenis ini tutur ini lebih cocok untuk layanan shuttle di Eropa.
"Nah saat ini kami punya 12 unit. Sekarang kami sedang berjuang agar pesawat-pesawat ini bisa dikembalikan. Tidak mudah karena membatalkan kontrak tentu bisa menimbulkan konsekuensi, salah satunya denda yang cukup tinggi," imbuhnya.
Lulusan Universitas Harvard ini lantas menandaskan, saat ini ada 5400 pegawai Garuda yang harus dipikirkan nasibnya. Konsekuensinya semua pihak harus siap berkorban untuk membantu menyelamatkan Garuda. Di sisi lain, Dewan Komisaris telah memulai pengorbanan ini dengan mengusulkan agar mereka tidak menerima gaji sama sekali.
Menurut Yenny, sebetulnya pengorbanan ini sudah dimulai sejak lama. Bahkan sejak awal Yenny masuk sebagai Komisaris Independen, memang gaji Dewan Komisaris semua sudah dipotong 10-50%
Keputusan tersebut mereka ambil untuk meringankan beban keuangan Garuda. Karenanya, Yenny mengaku bangga dengan keluarga besar Garuda Indonesia yang rela berkorban untuk menyelamatkan perusahaan.
"Hanya dengan kekompakan dan kemauan untuk saling berkorban, maka Garuda bisa bangkit kembali," katanya.