Minuman Soda Tidak Baik Disajikan Saat Lebaran, Ini Penyebabnya Menurut Ahli
https://www.naviri.org/2021/05/minuman-soda-tidak-baik-disajikan-saat.html
Naviri Magazine - Pakar gizi di Gorontalo, Arifasno Napu, mengatakan sebaiknya tidak menyuguhkan minuman soda kepada tamu saat Lebaran. Menurutnya, banyak orang mengeluh perut kembung dan tidak nyaman setelah mengonsumsi soda.
Keluhan yang timbul tersebut akan semakin berisiko bagi orang yang sedang mengidap penyakit tertentu seperti gangguan pencernaan (gastritis) dan sejenisnya, jantung, diabetes, ginjal, dan saraf.
Ia menjelaskan perut kembung akan memicu terjadinya stres dalam tubuh dan dapat menyebabkan erosi/pengikisan pada lambung yang akhirnya menjadi luka. Dalam kondisi tersebut, orang bisa terserang penyakit typus yang dapat mengancam jiwa.
”Jumlah gula, yakni karbohidrat murni pada minuman soda cukup tinggi, ada yang melebihi empat sendok makan. Ini juga dapat memicu peningkatan gula darah yang berdampak pada komplikasi akut, seperti terjadinya ketoasidosis, infeksi yang berulang, penurunan berat badan,” ujarnya.
Jika kondisi itu berlangsung lama atau kronis, maka peningkatan gula darah (hiperglikemia) akan menyebabkan gangguan pada organ tertentu, seperti ginjal (nefropati diabetik), gangguan mata/penglihatan (retinopati diabetik), gangguan saraf tertentu (neuropati diabetik), termasuk pada alat kelamin, sampai pada keadaan amputasi, penyakit jantung dan pembuluh darah (penyakit kardiovaskular).
Ia menyarankan mengganti suguhan minuman soda dengan minuman dan makanan yang lebih alami dan sehat seperti buah-buahan.
"Melanjutkan pola hidup sehat yang sudah terbentuk selama Ramadan juga dapat menjadi solusi memelihara kesehatan," jelasnya.
Tips lain yakni mengonsumsi gula pasir maksimal empat sendok makan dalam sehari, garam dapur tidak lebih dari satu sendok teh, dan lemak dalam bentuk minyak tidak lebih dari lima sendok makan sehari,” tambahnya.
Ia mengungkapkan melalui Al Quran maupun Hadits, Islam telah mengajarkan untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang halal dan baik. Namun, dari sisi kesehatan belum tentu yang halal itu baik, demikian juga sebaliknya.
“Intinya yang ideal adalah apabila dikonsumsi manusia tidak memberikan dampak negatif pada tubuh dan juga tidak bertentangan dengan keyakinan,” tuturnya.