Israel-Palestina Perang, Warga Kawasan Multi Etnis Takut Rayakan Idul Fitri


Naviri Magazine - Pertempuran antara Israel dan Palestina tidak hanya berdampak secara fisik ke warga sipil, tetapi juga psikologis. Hal itu terjadi pada warga yang tinggal di kawasan multi etnis seperti Acre di pesisir Israel.

Di hari Idul Fitri, atau hari keempat sejak pertempuran Israel dan Palestina berlangsung, warga Acre tidak bisa bersilaturahmi dengan tenang. Mereka, baik warga keturunan Yahudi maupun Arab, khawatir menjadi sasaran serang warga yang marah terhadap salah satu kubu. Apalagi, sempat beredar peringatan informal agar tidak berbicara menggunakan bahasa Hebrew di kota tua Acre yang padat Arab. 

Hal itu ironis. Selama ini, Acre dijadikan lokasi percontohan di mana warga keturunan Arab maupun Yahudi bisa hidup damai bersama. Namun, pertempuran Israel dan Palestina telah menimbulkan ketakutan dan prasangka buruk di antara mereka. Oleh karenanya, di hari Idul Fitri, mayoritas warga memilih untuk mendekam di rumah.

"Mereka berkata bahwa situasi di Gaza buruk. Namun, jujur saja, situasi di sana lebih menakutkan bagi ku," ujar salah satu warga Acre keturunan Arab, Majd Abado.

Ketakutan Abado beralasan. Pada Selasa kemarin, menurut laporan Reuters, sejumlah warga memecahkan kaca kantor polisi kota Acre dan kemudian membakarnya. Selain itu, di hari Kamis, puluhan polisi berpakaian anti huru-hara berpatroli di kota Acre, menyebabkan warga keturunan Arab khawatir bakal menjadi sasaran serang.

Tidak hanya Abado yang ketakutan. Beberapa warga, yang enggan disebutkan namanya, juga takut keluar rumah dan kemudian menjadi sasaran perisakan hanya karena keturunan Arab maupun Yahudi. Pelaku usaha, yang selama ini melayani pelanggan keturunan Arab maupun Yahudi, bahkan sampai berhenti beroperasi untuk sementara waktu.

"Kami di sini melayani Yahudi maupun Arab dan membangun hubungan baik. Teater ini bahkan memperkerjakan pegawai Arab, Yahudi, Kristen, Muslim, Druze, dan sebagainya. Mereka sudah seperti keluarga. Ketika ada masalah seperti sekarang. kami semua terdampak," ujar pengurus salah satu teater di Acre yang enggan disebutkan juga.

Acre sudah lama menjadi lokasi multi etnis di Israel. Warga Arab tinggal di kawasan kota tua sementara warga keturunan Yahudi tinggal di kawasan modern. Mayoritas dari mereka menguasai dua bahasa, Arab dan Hebrew, sehingga dikenal dekat serta paham terhadap satu sama lain. Warga non Arab di Acre pun dikabarkan mengecam upaya pencaplokan Sheikh Jarran oleh PM Israel Benjamin Netanyahu.

Kedekatan itu membuat mayoritas warga keturunan Yahudi yang tinggal di Acre enggan bergabung ke Angkatan Bersenjata Israel. Dampaknya, mereka kerap dicurigai oleh kelompok konservatif Israel yang memandang warga keturunan Arab sebagai kelompok masyarakat kelas dua.

Per berita ini ditulis, situasi antara Palestina dan Israel belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Walau utusan khusus Amerika telah dikirim untuk memediasi kedua kubu, baik Palestina maupun Israel belum memiliki niat untuk menghentikan serangan. Walau begitu, Palestina mengatakan terbuka untuk gencatan senjata apabila Israel berjanji menghentikan serangannya.

Akibat pertempuran yang terjadi. jumlah korban jiwa terus bertambah. Korban terbanyak berada di Gaza dengan 109 orang meninggal, termasuk 28 anak-anak, dan 621 luka-luka. Angka tersebut jauh lebih banyak dibanding Israel di mana tujuh warga meninggal dan 200 luka-luka.

Related

News 5408013358014494245

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item