Kisah Hewan-hewan Paling Unik dan Fenomenal di Dunia (Bagian 2)
Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya ( Kisah Hewan-hewan Paling Unik dan Fenomenal di Dunia - Bagian 1 ). Untuk m...
https://www.naviri.org/2021/03/kisah-hewan-hewan-paling-unik-dan_22.html
Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Hewan-hewan Paling Unik dan Fenomenal di Dunia - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.
Alex, burung terpintar di dunia
Alex adalah burung beo berwarna abu-abu, yang menjadi subjek eksperimen pengamat psikologi hewan, Irene Pepperberg. Awalnya, Pepperberg membeli Alex di suatu toko hewan, ketika alex berumur 1 tahun. Nama Alex yang diberikan Pepperberg merupakan akronim dari Avian Learning EXperiment.
Sebelum Pepperberg bekerja dengan Alex, dunia meyakini bahwa burung bukan makhluk cerdas. Tetapi Alex berhasil menunjukkan pada dunia bahwa burung dapat memahami komunikasi dengan manusia, dan memahami pesan dasarnya. Berbeda dengan burung beo lain yang hanya bisa meniru-niru kata atau ucapan, Alex bisa diajak berkomunikasi, meski terbatas.
Pepperberg menyatakan bahwa tingkat kepintaran Alex setingkat dengan lumba-lumba atau kera. Dia juga menyatakan bahwa Alex memiliki kepintaran yang setara dengan manusia berumur 5 tahun.
Dia bisa menghitung, membedakan warna, dan menunjukkan ekspresi-ekspresi frustrasi layaknya manusia. Sayangnya, potensi Alex tidak sampai maksimal, karena dia mati dalam usia yang masih muda.
Kematian Alex mengejutkan banyak pihak, karena lama hidup rata-rata burung beo Afrika adalah 50 tahun. Selain itu, sebelum kematiannya, Alex juga tampak sehat. Berdasarkan pernyataan Pepperberg kepada pers, “Alex dalam kondisi kesehatan yang baik tanpa kelainan fisik apa pun selama dua minggu terakhir sebelum kematiannya.”
Kematian burung itu menjadi misterius, karena setelah dilakukan otopsi tetap tak diketahui penyebab kematian burung tersebut. Sementara itu, laboratorium Pepperberg kembali mencoba menguji dua burung lain, namun kemampuan mereka tak pernah ada yang mendekati Alex.
Oliver, simpanse setengah manusia
Oliver adalah simpanse yang ditemukan oleh Frank Berger dan Janet Berger pada awal 1970 ketika berumur sekitar 2 tahun. Ketika tumbuh besar, simpanse itu memiliki keanehan, hingga beberapa pengamat bahkan sampai meyakinkan pasangan Berger di atas bahwa Oliver pastilah bukan simpanse, atau mungkin human-chimp hybrid (gabungan antara manusia dan kera).
Oliver memiliki muka yang lebih datar dibanding simpanse lainnya. Sewaktu kecil, gigi depannya dicabut dan tidak pernah tumbuh taring di kumpulan giginya. Ia juga tidak pernah berjalan dengan kepalan tangannya, melainkan berdiri dan berjalan layaknya manusia. Yang paling mengejutkan setelahnya, Oliver lebih menyukai manusia perempuan daripada simpanse betina.
Keanehan Oliver menarik perhatian banyak pihak, hingga acara televisi Discovery Channel mengadakan acara spesial yang meliput simpanse tersebut. Dalam acara itu, Janet Berger menyatakan bahwa Oliver telah jatuh cinta padanya ketika dia memasuki usia 16 tahun. Oliver bahkan pernah berusaha memeluk Berger dan tak mau melepaskannya.
Karena tingkah lakunya itu pulalah, Oliver dianggap menjadi ancaman bagi Janet, sehingga diputuskan untuk memindahkan Oliver ke kebun binatang bersama simpanse lain. Di kebun binatang, Oliver dijauhi teman-temannya sesama simpanse, karena—menurut para pengamat—Oliver tidak memiliki bau khas yang umum dimiliki simpanse.
Tama, kucing kepala stasiun
Tama adalah seekor kucing tortoiseshell yang lahir dan hidup di stasiun kereta api Kishi, Kinokawa, provinsi Kishigawa, Jepang barat. Ia lahir dari seekor kucing yang tersesat, yang dibawa ke stasiun oleh tukang bersih-bersih, dan kemudian dipelihara Toshiko Koyama, seorang pemilik toko di dekat situ.
Stasiun kereta api Kishi tidak memiliki kepala stasiun. Karena itu, berdasarkan rencana yang semula hanya bersifat main-main, Tama pun kemudian dijadikan kepala stasiun di sana, lengkap dengan seragam perusahaan kereta api Wakayama. Sejak itu, kucing tersebut mendatangkan pemasukan sampai 1,1 miliar yen, (sekitar Rp. 99,18 miliar) per tahun bagi kota tersebut.
Kucing itu seperti benar-benar memahami dan menjalankan perannya dengan baik. Ia tampil di stasiun saat kereta api lewat, juga berjalan seperti layaknya kepala stasiun kereta api. Aksi Tama itu pun mengundang ribuan turis datang ke sana.
Katsuhiro Miyamoto, profesor pada Sekolah Akuntansi Universitas Kansai, mengadakan penelitian dampak berganda dari kehadiran Tama sebagai kepala stasiun, dan ia menyebutkan ada dana sebesar 1,1 miliar yen pada tahun 2007 yang berasal dari para wisatawan, yang mengalir ke Kinokawa karena keberadaan kucing tersebut.
Selain turis, suvenir buku bergambar Tama dan berbagai barang lain bergambar kucing kepala stasiun itu juga laku terjual.
Karena keunikan dan popularitasnya, Tama pun masuk televisi dan diberitakan berbagai media lainnya. Atas semua perannya itu, Tama hanya mendapat gaji dan bonus berupa makanan kucing yang hanya bernilai 280 juta yen per tahun.
Baca lanjutannya: Kisah Hewan-hewan Paling Unik dan Fenomenal di Dunia (Bagian 3)