Kisah 5 Produk Teknologi yang Terkenal tapi Ternyata Gagal Total
https://www.naviri.org/2021/03/kisah-5-produk-teknologi-yang-terkenal.html
Naviri Magazine - Tidak setiap produk atau inovasi teknologi berhasil dalam menarik konsumen, baik karena produk tersebut kurang tersosialisasi dengan baik, atau juga produk tersebut memang kurang memenuhi harapan pengguna.
Berikut ini, dikutip dari The Verge, inovasi atau langkah dan produk-produk terkenal yang gagal di industri teknologi.
Blackberry Playbook
Banyak kekecewaaan yang diajukan jika membicarakan kinerja RIM, tetapi yang paling signifikan adalah BlackBerry Playbook. Hardware yang membosankan, software yang belum sempurna, pengembangan sistem operasi yang terkendala, dan bahkan pengembangan aplikasi pihak ketiga yang terhambat, penjualan yang buruk, semuanya melengkapi kegagalan saat RIM terjun ke industri tablet.
Tablet PC itu bahkan tidak dilengkapi email client, yang merupakan kekuatan utama produk RIM, dan pengembangan masa depan menggunakan sistem operasi yang akan dipakai di seluruh produk RIM juga tidak jelas. Bahkan untuk nama sistem operasi saja, yang berubah-ubah mulai dari QNX, kemudian BBX, dan lalu jadi BlackBerry 10, tampaknya tidak dipikirkan secara matang.
Android 3.0
Versi 3.0 Android digadang-gadang menjadi pemain utama di dunia tablet. Sistem operasi itu telah didesain ulang untuk bekerja dengan layar lebih besar. Banyak aplikasi penting seperti Gmail dan browser di dalamnya sudah diperbaiki. Namun sayangnya, Honeycomb (Android 3.0) malah jadi penuh bug dan lambat. Di beberapa bagian, tampaknya sistem operasi itu belum tuntas.
Di sisi lain, komunitas pengembang juga tampak enggan membuat aplikasi untuk Honeycomb. Kurangnya aplikasi yang tampak bagus di layar lebar terus menjadi masalah utama yang dihadapi perangkat Android.
Meski banyak pilihan hardware, mulai dari Motorola Xoom sampai Samsung Galaxy Tab, tablet Android Honeycomb tak mampu mengancam iPad. Bahkan segera setelah Honeycomb dirilis, perhatian justru beralih ke Ice Cream Sandwich, sistem operasi Android berikutnya.
AMD
Awalnya, Advanced Micro Devices (AMD) diperkirakan akan sukses. Perusahaan itu berhasil mencurahkan kemampuannya dalam memproduksi CPU dan GPU ke dalam satu perangkat, yakni chip Fusion, dan tampaknya akan segera menghadirkan netbook alternatif yang mampu menghadirkan HD video playback dan gaming sederhana, dengan harga yang murah. Tetapi, impian itu musnah.
Produk tablet PC yang dipelopori Apple telanjur menghancurkan pasar laptop low end yang siap digarap AMD. Di sisi lain, chip Sandy Bridge milik Intel menyapu bersih segmen yang tersisa. Keberhasilan Intel membujuk Apple agar menggunakan teknologinya di MacBook Air serta menggelar segmen ultrabook semakin mengancam kelangsungan hidup AMD.
Parahnya, arsitektur Bulldozer untuk segmen komputer desktop gagal total, khususnya di aplikasi single thread. Akhirnya, AMD terpaksa memecat 1.400 karyawan dan mengaku pada publik bahwa mereka tak lagi sanggup bersaing dengan Intel. Untungnya, mereka masih punya tim ATI yang masih bisa membuat kartu grafis bagus.
Thunderbolt
Saat diluncurkan, Thunderbolt diadopsi oleh Macintosh dan sejumlah produsen PC, namun standar baru ini tidak berhasil meraih simpati industri. Meski Intel mencoba mengupayakan lagi standarisasi port komputer, tampaknya kita masih akan melihat port-port USB, Firewire, HDMI, DisplayPort dan lain-lain berserakan di komputer kita di masa depan.
WebOS
Leo Apotheker, ketika itu menjabat sebagai Chief Executive Officer HP, menyatakan bahwa divisi WebOS mereka dibekukan. Langkah ini tentu mengejutkan, apalagi mengingat HP baru saja membelinya dari Palm sebesar US$1,2 miliar. Bagi perusahaan skala internasional sebesar HP, mematikan platform mobile yang menjanjikan tentu tidak terlihat sebagai langkah yang tepat.
Beberapa bulan kemudian, dewan direksi HP mengakui bahwa Apotheker memang keliru. Tak lama kemudian, ia dibebastugaskan dan diganti oleh Meg Whitman, mantan petinggi eBay.
WebOS yang tadinya diperkirakan akan menjadi platform perangkat tablet dan mobile masa depan jadi mengambang karena HP membuatnya jadi opensource. Langkah ini serupa dengan keputusan Nokia yang melepaskan platform Symbian mereka, dan mendirikan Symbian Foundation.