Kisah Menara Babel Berdasarkan Al-Quran dan Alkitab
https://www.naviri.org/2021/02/kisah-menara-babel-berdasarkan-al-quran.html
Naviri Magazine - Menara Babel (Migdal Bavel, Burj Babil) adalah menara tertinggi di bumi yang pernah dibangun di zaman Babylonia. Menara Babylonia ini berdiri setelah zaman Nabi Nuh pasca banjir bandang. Penduduk pada zaman itu dianugerahi dengan kekuatan-kekuatan fisik yang lebih, dan keperawakan gagah dibanding bangsa-bangsa lain.
Menara inilah yang dikenal hingga saat ini sebagai simbol keangkuhan dan kesombongan manusia. Mitologi kuno menyebut bahwa dahulunya manusia hanya memiliki satu rumpun bahasa, dan kemudian para manusia bepergian ke arah timur dan mendirikan sebuah menara yang sangat tinggi menjulang ke langit, di sebuah tempat bernama Shinar.
Ada banyak kisah yang menuturkan mengenai menara ini. Di antaranya bersumber dari Kitab Taurat (Yahudi), Alkitab (Kristen), dan Alquran (Islam).
Sumber kisah Al-Qur'an
Kaum 'Aad adalah kaum yang hidup setelah zaman Nabi Nuh AS. Keberadaan pembangunan menara ini dapat diketahui melalui surah-surah yang tertera di dalam Kitab Al-Qur'an. Ada banyak surah yang menjelaskan tentang keadaan Kaum 'Aad saat itu.
Ibukota kaum 'Aad adalah Iram. Terkenal dengan bangunan-bangunannya yang menjulang tinggi ke langit. Waktu itu tidak ada kota lain seperti itu, hanya ada di Iram. Hal ini tertera di dalam Surah Al Fajr (ayat 6-8) yang berbunyi:
“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Aad? (Yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain, sedangkan nikmat-nikmat yang telah diberikan kepada Kaum 'Aad melebihi kaum-kaum lainnya.”
Hal ini juga tertera pada Kitab Al-Qur'an surah Al A'raf (ayat 69) berbunyi:
“Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu? Dan ingatlah olehmu sekalian di waktu Allah menjadikanmu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu. Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS Al-A'raf:69)
Adapun Kaum 'Aad menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar, dan berkata: "Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?" Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah Yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami. (QS Al-Fushilat:1)
Adapun azab yang menimpa bangsa 'Aad dijelaskan sebagai berikut:
Dan juga pada (kisah) Aad, ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan, angin itu tidak membiarkan satu pun yang dilaluinya, melainkan dijadikannya seperti serbuk. (QS. adz-Dzariyat : 41-42)
Adapun kaum ‘Aad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang (QS. al-Haqqah : 6)
Jika mereka berpaling, maka katakanlah, “Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Ad dan Samud”. (QS. Fushshilat : 13).
Menurut Book of Jubilee, Menara Babel mempunyai tinggi 2.484 meter. Tingginya hampir sama dengan tinggi Gunung Merapi di Indonesia saat ini. Bukti kejayaan, ketinggian, dan azab yang menimpa kaum Aad telah ditemukan dalam mitologi bangsa-bangsa lain.
Menjadi sebuah pelajaran bagi seluruh manusia, bahwa kekuatan manusia tidak mutlak, tidak sepatutnya manusia menyombongkan diri dengan nikmat-nikmat yang sudah dikaruniakan Tuhan kepadanya.
Nikmat bisa menjadi kebahagiaan untuk manusia yang pandai bersyukur, dan bisa menjadi malapetaka untuk manusia yang mengingkarinya. Menara Babel adalah lembaran hitam tentang kesombongan dan keangkuhan terbesar yang pernah dilakukan manusia.
Sumber kisah Alkitab
Dalam Alkitab, kisah pembangunan menara babel tertulis dalam kitab Kejadian 11:1-9:
1. Adapun seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya.
2. Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana.
3. Mereka berkata, seorang kepada yang lain: "Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik." Lalu bata itu dipakai mereka sebagai batu, dan tér sebagai tanah liat.
4. Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi."
5. Lalu turunlah Tuhan untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu,
6. dan Ia berfirman: "Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini baru permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apa pun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.
7. Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing."
8. Demikianlah mereka diserakkan Tuhan dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu.
9. Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan Tuhan bahasa seluruh bumi, dan dari situlah mereka diserakkan Tuhan ke seluruh bumi.