Kisah Islami: Pentingnya Kejujuran Terhadap Orang Lain
https://www.naviri.org/2021/02/kisah-islami-pentingnya-kejujuran.html
Naviri Magazine - Pada suatu hari, seorang saudagar perhiasan di zaman Tabiin bernama Yunus bin Ubaid, menyuruh saudaranya menjaga kedainya, karena ia akan pergi ke masjid untuk sholat. Ketika itu datanglah seorang badui yang hendak membeli perhiasan di kedai itu. Maka terjadilah jual beli di antara badui itu dengan penjaga kedai yang diamanahkan tuannya tadi.
Si badui menginginkan sebuah permata yang seharga empat ratus dirham. Saudara Yunus menunjukkan suatu barang yang sebenarnya seharga dua ratus dirham. Barang tersebut dibeli oleh badui tadi tanpa ditawar harganya.
Di tengah jalan, si badui berpapasan dengan Yunus bin Ubaid. Yunus bin Ubaid melihat si badui membawa barang perhiaan yang dibeli dari kedainya. Maka ia pun bertanya kepada si badui, “Berapa harga barang yang kau beli itu?”
Badui itu menjawab, “Empat ratus dirham.”
Yunus bin Ubaid terkejut. “Tetapi harga sebenarnya cuma dua ratus dirham. Mari ke kedai saya, supaya saya dapat mengembalikan uang kelebihannya kepadamu.”
“Biarlah, itu tidak perlu,” sahut si badui. “Aku telah merasa senang dan beruntung dengan harga yang empat ratus dirham itu, sebab di kampungku harga barang ini paling murah lima ratus dirham.”
Tetapi Yunus bin Ubaid tidak mau melepaskan badui itu pergi. Tetap didesaknya agar badui tersebut kembali ke kedainya, agar ia bisa mengembalikan kelebihan uang si badui.
Akhirnya, setelah badui itu pergi, Yunus bin Ubaid menemui saudaranya dan berkata dengan marah, “Apakah kau tidak malu dan takut kepada Allah atas perbuatanmu menjual barang tadi dengan harga dua kali lipat?”
Saudaranya mencoba membela diri, “Tetapi dia sendiri yang mau membelinya dengan harga empat ratus dirham.”
“Ya, tetapi kau tahu bahwa kita memiliki satu amanah untuk memperlakukan saudara kita seperti memperlakukan diri sendiri. Kenapa kau memperlakukannya seperti itu?”
Dalam hal kejujuran perniagaan ini, Rasulullah S.A.W bersabda, “Sesungguhnya Allah itu penetap harga, yang menahan, yang melepas dan memberi rezeki, dan sesungguhnya aku harap bertemu Allah di dalam keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntut aku lantaran menzalimi di jiwa atau di harga.” (Diriwayatkan lima imam kecuali imam Nasa'i).