Kisah Aladin dan Lampu Ajaib yang Mengabulkan Semua Keinginan
https://www.naviri.org/2021/02/kisah-aladin-dan-lampu-ajaib-yang.html
Naviri Magazine - Di kota Persia, seorang ibu tinggal dengan anak laki-lakinya, bernama Aladin. Suatu hari, datang seorang laki-laki mendekati Aladin yang sedang bermain. Kemudian laki-laki itu mengakui Aladin sebagai keponakannya. Laki-laki itu mengajak Aladin pergi ke luar kota dengan seizin ibu Aladin, untuk membantunya.
Jalan yang ditempuh sangat jauh. Aladin mengeluh kecapekan kepada pamannya, tetapi ia malah dibentak dan disuruh mencari kayu bakar. Kalau tidak mau, Aladin akan dibunuh.
Aladin akhirnya sadar bahwa laki-laki itu bukan pamannya, melainkan seorang penyihir. Laki-laki penyihir itu kemudian menyalakan api dengan kayu bakar, dan mulai mengucapkan mantra. "Kraak…" tiba-tiba tanah jadi berlubang seperti gua.
Dalam lubang gua itu terdapat tangga sampai ke dasarnya. "Ayo turun! Ambilkan aku lampu antik di dasar gua itu," seru si penyihir.
"Tidak, aku takut turun ke sana," jawab Aladin.
Penyihir itu kemudian mengeluarkan sebuah cincin, dan memberikannya kepada Aladin. "Ini adalah cincin ajaib. Cincin ini akan melindungimu," kata si penyihir.
Akhirnya, Aladin menuruni tangga dengan perasaan takut. Setelah sampai di dasar, ia menemukan pohon-pohon berbuah permata. Setelah buah permata dan lampu yang ada di situ dibawanya, ia segera menaiki tangga kembali. Tetapi, pintu lubang sudah tertutup sebagian.
"Cepat berikan lampunya!" seru penyihir.
"Tidak! Lampu ini akan kuberikan setelah aku keluar," jawab Aladin.
Setelah berdebat, si penyihir jadi tidak sabar, dan akhirnya "brak!" pintu lubang ditutup oleh si penyihir, lalu meninggalkan Aladin terkurung di dalam lubang bawah tanah. Aladin sedih, dan duduk termenung. "Aku lapar, aku ingin bertemu ibu. Tuhan, tolonglah aku!" ucap Aladin.
Aladin merapatkan kedua tangannya, dan mengusap jari-jarinya. Tiba-tiba, sekelilingnya menjadi merah, dan asap membubung. Bersamaan dengan itu, muncul sesosok raksasa. Aladin sangat ketakutan.
"Maafkan saya, karena telah mengagetkan Tuan, saya adalah peri cincin,” kata raksasa itu.
"Oh, kalau begitu, bawalah aku pulang ke rumah."
"Baik, Tuan. Naiklah ke punggungku, kita akan segera pergi dari sini," ujar peri cincin.
Dalam waktu singkat, Aladin sudah sampai di depan rumahnya. "Kalau Tuan memerlukan saya, panggillah dengan menggosok cincin Tuan."
Aladin menceritakan semua hal yang dialami kepada ibunya.
"Mengapa penyihir itu menginginkan lampu kotor ini, ya?" kata Ibu sambil menggosok dan membersihkan lampu itu.
"Syut!" Tiba-tiba asap membubung dan muncul sesosok raksasa peri lampu. "Sebutkanlah perintah Nyonya," kata si peri lampu.
Aladin, yang sudah pernah mengalami hal seperti ini, memberi perintah, "Kami lapar, tolong siapkan makanan untuk kami."
Dalam waktu singkat, peri lampu membawa makanan yang lezat, kemudian menyuguhkannya. "Jika ada yang diinginkan lagi, panggil saja saya dengan menggosok lampu itu," kata peri lampu.
Demikianlah, hari, bulan, tahun pun berganti, Aladin hidup bahagia dengan ibunya. Aladin sekarang menjadi seorang pemuda. Suatu hari, lewat seorang Putri Raja di depan rumahnya. Ia sangat terpesona dan jatuh cinta kepada Putri cantik itu. Aladin lalu menceritakan keinginannya kepada ibunya, untuk memperistri putri raja.
"Tenang Aladin, Ibu akan mengusahakannya." Ibu pergi ke istana raja, dengan membawa permata-permata kepunyaan Aladin. "Baginda, ini hadiah untuk Baginda dari anak laki-lakiku."
Raja amat senang. "Wah... anakmu pasti seorang pangeran yang tampan, besok aku akan datang ke istana kalian dengan membawa serta putriku."
Setelah tiba di rumah, Ibu segera menggosok lampu dan meminta peri lampu untuk membawakan sebuah istana. Aladin dan ibunya menunggu di atas bukit. Tak lama kemudian, peri lampu datang dengan istana megah di punggungnya.
Esok harinya, sang raja dan putrinya datang berkunjung ke istana Aladin yang sangat megah. "Maukah kau menjadikan anakku sebagai istrimu?" tanya sang Raja.
Aladin sangat gembira mendengarnya. Lalu mereka berdua melaksanakan pesta pernikahan.
Nun jauh di sana, si penyihir ternyata melihat semua kejadian itu melalui bola kristalnya. Ia lalu pergi ke tempat Aladin, dan pura-pura menjadi penjual lampu di depan istana Aladin. Ia berteriak-teriak, "Tukarkan lampu lama Anda dengan lampu baru!"
Istri Aladin, yang melihat lampu ajaib Aladin yang usang, segera keluar dan menukarkannya dengan lampu baru. Segera, si penyihir menggosok lampu itu dan memerintahkan peri lampu memboyong istana beserta isinya dan istri Aladin ke rumahnya.
Ketika Aladin pulang dari berkeliling, ia sangat terkejut. Lalu memanggil peri cincin dan bertanya kepadanya apa yang telah terjadi. "Kalau begitu, tolong kembalikan lagi semuanya kepadaku," seru Aladin.
"Maaf Tuan, tenaga saya tidak sebesar peri lampu," ujar peri cincin.
"Baik kalau begitu, aku yang akan mengambilnya. Tolong antarkan aku ke sana," seru Aladin.
Sesampainya di istana, Aladin menyelinap masuk mencari kamar tempat sang Putri dikurung. "Penyihir itu sedang tidur karena kebanyakan minum bir," ujar sang Putri.
"Baik, jangan khawatir, aku akan mengambil kembali lampu ajaib itu, kita nanti akan menang," jawab Aladin.
Aladin mengendap mendekati penyihir yang sedang tidur. Ternyata lampu ajaib menyembul dari kantungnya. Aladin kemudian mengambilnya, dan segera menggosoknya. "Singkirkan penjahat ini," seru Aladin kepada peri lampu.
Penyihir terbangun, lalu menyerang Aladin. Tetapi peri lampu langsung membanting penyihir itu hingga tewas.
"Terima kasih peri lampu, bawalah kami dan istana ini kembali ke Persia."
Sesampainya di Persia, Aladin hidup bahagia. Ia mempergunakan sihir dari peri lampu untuk membantu orang-orang miskin dan kesusahan.