Ini 5 Fakta Menarik Seputar Gus Mus (KH. Achmad Mustofa Bisri)
https://www.naviri.org/2021/02/ini-5-fakta-menarik-seputar-gus-mus-kh.html
Naviri Magazine - Gus Mus lahir di Rembang, Jawa Tengah, 10 Agustus 1944. Ia seorang kyai, penyair, novelis, pelukis, budayawan, dan cendekiawan muslim, yang telah memberi warna baru pada peta perjalanan kehidupan sosial dan politik para ulama.
Didikan orangtua yang keras, apalagi jika menyangkut prinsip-prinsip agama, membuat Gus Mus tumbuh menjadi seorang ulama karismatik. Untuk mengetahui fakta menarik tentang Gus Mus, berikut adalah 5 di antaranya.
Ada Gus Mus, ada iPad
Perkembangan teknologi membuat Gus Mus dapat menjelajahi dunia maya untuk mengetahui perkembangan zaman dan teknologi. Ia membuat akun jejaring sosial, seperti facebook (Gus Mus), twitter (@gusmusgusmu), hingga blog (www.gusmus.net).
Menurut Gus Mus, keberadan teknologi terserah pada penggunanya. Ia mencontohkan adanya Twitter dan Facebook sangat bermanfaat untuk silaturahmi, dan mudah mendapatkan pengetahuan dari berbagai sumber.
Gus Mus mengaku, sudah berkali-kali menggunakan iPad miliknya. Salah satunya ketika mengisi ceramah pengajian di Sumenep, Madura. Ternyata, para kyai tersebut tidak tertarik.
Para kyai juga protes karena dianggapnya akan menimbulkan ketergantungan dengan teknologi. Lalu, Gus Mus memperlihatkan hasil download kitab-kitab kuning dari berbagai perpustakaan di penjuru dunia.
Kini, dengan iPad, Gus Mus tak repot membawa segepok kitab kuning, karena cukup men-download kitab-kitab kuning. Keuntungan lain, dia juga bisa belajar di mana saja.
Hak prerogatif untuk menolak
Gus Mus didorong-dorong oleh Gus Dur dan kawan-kawan dari kelompok NU kultural, untuk mau mencalonkan diri sebagai calon ketua umum PB NU pada Muktamar NU ke-31 tahun 2004, di Boyolali, Jawa Tengah. Namun Gus Mus justru bersikukuh menolak.
Jika tidak merasa cocok berada di suatu lembaga, dia dengan elegan menarik diri. Sebagai misal, kendati pernah tercatat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Tengah tahun 1987-1992, mewakili PPP, demikian pula pernah menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), mantan Rois Syuriah PB NU periode 1994-1999 dan 1999-2004 ini tidak pernah mau dicalonkan untuk menjabat kembali di kedua lembaga tersebut.
“Selama saya menjadi anggota DPRD, sering terjadi pertikaian di dalam batin saya. Karena sebagai wakil rakyat, yang menerima lebih banyak dibandingkan dengan apa yang bisa saya diberikan kepada rakyat Jawa Tengah,” kata Gus Mus mengenang pengalaman dan pertentangan batin yang ia alami selama menjadi politisi.
Sahabat Gus Dur (Abdurrahman Wahid)
Keduanya bersahabat sejak dipertemukan di Kairo, Mesir, ketika sama-sama sedang menimba ilmu di Universitas Al Azhar pada tahun 1964. Semasa kuliah di Universitas Al Azhar, keduanya berkumpul setiap hari selama hampir tiga tahun.
Keduanya kemudian bergulat dalam Himpunan Pemuda dan Pelajar Indonesia (HPPI) Mesir. Menurut Gus Mus, Gus Dur muda hanya bisa digambarkan dengan tiga kata, yaitu buku, film, dan sepak bola.
Guru yang tidak mengenal lelah
Demi kesetiannya mengajar para santri, sesempatnya Gus Mus berusaha untuk mengisi jadwal pengajian rutin yang berlaku di pesantren. Jangan heran ketika misalnya menjelang waktu subuh, Gus Mus baru datang dari berpergian jauh, namun selepas subuh tiba-tiba Gus Mus langsung muncul untuk mengajar para santri.
Ini sudah menjadi tradisi, dan inilah yang membuat para santri harus selalu memasang mata dan telinga menunggu kerawuhan (kepulangan) Gus Mus dari berpergian, supaya mereka tidak sampai absen atau terlambat mengikuti pengajian.
Komitmen di hari Jumat
Apabila hari Jumat tidak ada acara yang sangat penting dan urgen, Gus Mus akan memilih berada di rumah. Atau, ketika sedang berada di luar kota, sedapat-dapatnya Gus Mus akan berusaha untuk pulang.
Bukan sekadar untuk beristirahat dan berkumpul dengan keluarga setelah beraktivitas di luar, melainkan yang lebih penting ialah untuk keperluan mengajar para santri tiap Jumat, yang terdiri dari sebagain besar adalah orang-orang tua yang datang dari kampung-kampung setempat dan daerah Rembang sekitarnya. Ini adalah forum pengajian yang dirintis oleh sang ayah, yaitu KH. Bisri Mustofa.