UNPAD Ungkap 25 Relawan Malah Kena Corona Saat Uji Klinis Vaksin Sinovac
https://www.naviri.org/2021/01/unpad-ungkap-25-relawan-malah-kena.html
Naviri Magazine - Uji klinis vaksin Covid-19 fase III buatan Sinovac yang dilaksanakan Tim Riset Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) masih berlangsung hingga Mei 2021.
Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Unpad Kusnandi Rusmil mengatakan setelah penyuntikan kedua vaksin asal China itu didapati sebanyak 25 relawan terpapar Covid-19.
Rinciannya, 18 orang penerima plasebo atau obat kosong dan 7 orang penerima vaksin. Adapun total jumlah relawan ada 1.603, atau berkurang 17 orang karena mereka tidak datang untuk suntikan kedua setelah ditunggu sepekan sesuai jadwal.
"Kita ngambil (sampel) yang dari uji klinis kemarin itu kan ada yang dapat vaksin ada yang dapat plasebo. Nanti dilihat berapa yang sakit dapat vaksin dan berapa yang sakit dapat plasebo. Dari hasil yang kemarin yang dapat vaksin yang sakit (Covid-19) 7, yang dapat plasebo sakit 18," ujarnya di Bandung.
Menurut Kusnandi, terpaparnya sejumlah relawan di Bandung pasca penyuntikan adalah hal wajar. Sebabnya, para relawan tidak dilarang untuk beraktivitas. Sehingga bisa jadi mereka bertemu dengan orang yang sudah terpapar virus corona.
"Ya itulah gunanya penelitian (mengetahui) ada berapa yang sakit supaya kita bisa tahu berapa efikasi dari vaksin tersebut. Kan kita meneliti supaya tahu, manjur tidak vaksinnya," tuturnya.
Dengan adanya orang yang terpapar covid tersebut, tim peneliti kemudian membandingkan penerima vaksin dan plasebo sehingga keluarlah angka efikasi.
Meski terpapar Covid-19, Kusnandi menyatakan bahwa relawan yang menerima vaksin berstatus orang tanpa gejala hingga bergejala ringan. Sedangkan penerima plasebo ada yang bergejala berat.
"Tapi sebagian besar itu (penerima vaksin) bergejala ringan, jadi enggak dirawat. Nah yang dapat plasebo ada yang dirawat," tuturnya.
Kusnandi mengatakan, hingga saat ini relawan penerima vaksin maupun plasebo belum diumumkan. Mereka akan mengetahui hal tersebut setelah masa uji klinis berakhir.
"Nanti kalau habis penelitian mereka dikasih tahu. Kalau dapat vaksin tidak dikasih lagi. Kalau dapat plasebo dikasih suntikan. Semuanya begitu," ujarnya.
Sebelumnya, hasil selama tiga bulan pertama penelitian vaksin di Unpad tersebut telah dilaporkan ke Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang hasilnya keluar izin penggunaan darurat pada 11 Januari 2021.
Adapun efikasi atau khasiat dari uji klinis di Indonesia mencapai 65,3 persen atau sudah memenuhi syarat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mewajibkan batas efikasi vaksin untuk pandemi minimal 50 persen.
"Tingkat proteksinya itu kalau kata WHO 65,3 persen bisa digunakan untuk EUA. Syaratnya kan efikasi di atas 50 persen, nah ini sudah 65 persen. Dilihatnya dari mana? Dilihat dari dua minggu setelah penyuntikan terakhir itu, sudah kita bisa lihat bisa digunakan," ujar Kusnandi.