Prediksi Awal dan Berakhirnya Wabah Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani
https://www.naviri.org/2021/01/prediksi-awal-dan-berakhirnya-wabah.html
Naviri Magazine - Kapan suatu wabah yang melanda suatu negeri akan mereda? Pertanyaan ini dapat dicari reka-reka jawabannya dalam Karya ulama terkemuka abad pertengahan, al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqalani (1372- 1449). Ia menulis kitab berjudul Badzlu al Maun Fi Fadhli al Thaun.
Dikatakan rekaan, sebab kita pun mesti memperhatikan konteks zaman tempat Ibnu Hajar al-Asqalani. Artinya, wabah yang dicatat olehnya belum dapat digeneralisasi untuk zaman setelahnya.
Dalam karyanya itu, al-Asqalani menulis, “Wabah yang terjadi di berbagai negeri kaum Muslimin biasanya terjadi pada pertengahan musim bunga (semi) setelah keluar dari musim dingin, dan akan berakhir pada awal musim panas.”
Perinciannya, wabah yang dicatat al-Asqalani berlangsung sejak akhir Rabiul Awal. Sebarannya dirasakan mulai berkurang pada akhir Rajab. Ketika masuk Sya'ban, masyarakat yang terdampak thaun semakin berkurang lagi.
Ikhtiar ulama tersebut dalam mencantumkan (perkiraan) durasi wabah bukan dalam kapasitas memastikan. Bagaimanapun, setiap peristiwa merupakan ketetapan Allah SWT. Wabah hendaknya menjadi momen untuk manusia merenungi penciptaan dan tanggung jawab dirinya di dunia.
Bagi kaum Muslimin, wabah sudah sepantasnya menjadi pengingat, bahwa selalu ada kesempatan tobat nasuha, memohon ampunan kepada Allah SWT. Hal ini bisa diterapkan dengan memperbanyak ibadah, zikir, dan munajat. Tentu saja, usaha-usaha juga dilakukan. Al-Asqalani sendiri menegaskan, pentingnya menjauhi kerumunan kala wabah berlangsung.
Wabah sangat berbahaya dari segi penyebarannya. Oleh karena itu, dianjurkannya untuk menghindari kerumunan. Hal ini dalam pemahaman sekarang dinamakan sebagai sosial distancing. Maknanya, tetap harus ada ikhtiar untuk melindungi diri, keluarga, dan sesama warga dalam menghadapi wabah.
Kitab Badzlu juga menganjurkan umat Islam untuk mengonsumsi makanan bergizi serta rutin menjalani pola hidup sehat. Pesan al-Asqalani itu dapat diartikan sesuai dengan konteks zaman kini. Misalnya, melakukan vaksinasi (bila ada) atau meminum suplemen vitamin. Poinnya adalah, kita diwajibkan untuk berusaha.