Peran Media Sosial, dari Dunia Maya Mampu Mengubah Dunia Nyata
https://www.naviri.org/2021/01/peran-media-sosial-dari-dunia-maya.html
Naviri Magazine - Kehadiran Facebook dan Twitter merevolusi cara manusia berinteraksi dengan dunia digital. Alih-alih pasif menerima informasi, di dekade 2010-an masyarakat memanfaatkan Facebook dan Twitter secara aktif, dengan menerjemahkannya dalam beragam bentuk.
Di Guatemala, misalnya, Ofelia, Avilio, dan Elsira Funez Velasquez, dapat berkumpul kembali melalui Facebook, selepas perang sipil yang berlangsung antara 1960-1996 memisahkan mereka. Anais Bordier dan Samantha Futerman pun serupa. Adik-kakak ini dipertemukan kembali berkat Facebook, selepas tak berjumpa sejak lahir.
Di ranah bisnis, kehadiran media sosial menciptakan rantai bisnis lain yang menopangnya. Sebut saja Zynga, perusahaan pencipta game web, yang melahirkan FarmVille, Zynga Poker, hingga CSR Racing, untuk para pengguna Facebook. Skema bisnis parasit ini sukses membuat Zynga menggaet uang senilai $1 miliar tatkala mereka melakukan penawaran saham perdana (IPO).
Di lain sisi, Twitter yang lebih banyak diisi aktivis, buzzer, dan politisi caper, menghentak dengan caranya sendiri. Hentakannya bukan soal akun @POTUS atau @Pontifex. Melainkan, sebagaimana disebut Peter Vermeij dalam artikelnya di jurnal Journalism Practice (Vol. 6, 2012) berjudul “Twitter Links Between Politicans and Journalists”, Twitter merupakan media sosial dengan perspektif sebagai penyebar informasi.
Alasannya, ia menulis: “adalah kenyataan bahwa setengah dari trending topics Twitter diangkut oleh CNN menjadi headline.”
Di awal dekade 2010-an, Twitter bahkan menjadi bagian tak terpisahkan dari fenomena alam politik bernama “musim semi Arab”. Kala itu, The Guardian melaporkan terjadi lonjakan Tweet yang sangat besar, bersumber dari warga Mesir yang menginginkan pemimpinnya mundur.
Kicauan di Twitter dengan tagar #Jan25, yang semula hanya berjumlah 2.300 tweet, melonjak menjadi 130.000 tweet per hari, selama seminggu, sebelum pada akhirnya Presiden Hosni Mubarak mundur dari Jabatannya.
Fawas Rashed, salah satu demonstran, mengungkapkan: “Kami menggunakan Facebook untuk penjadwalan aksi protes, (menggunakan) Twitter untuk (menentukan) koordinat (lokasi protes), dan (menggunakan) YouTube untuk mengabarkan pada dunia.”
Hampir seantero Timur Tengah, dengan dukungan media sosial, bergejolak.
Mark Pfeifle, mantan penasehat keamanan AS, pada The New Yorker, mengungkapkan secara tersirat, kehadiran media sosial membuat gebrakan politik yang tidak bisa dipandang enteng. Katanya: “Tanpa Twitter, rakyat Iran tidak akan merasa berdaya dan percaya diri untuk berjuang atas kebebasan dan demokrasi (mereka).”
Apa yang dikatakan Pfeifle segendang sepenarian dengan apa yang dijelaskan James K. Glassman, mantan pejabat departemen luar negeri AS: “Kini para aktivis terbantu dengan adanya Facebook, A.T.&T., Howcast, dan Google.”
Dalam paparan kecil, positifnya kehadiran Twitter tampak melalui kalimat populer yang sederhana ini: “Twitter, please do your magic.”