Kisah A. Rafiq, Pedangdut Indonesia dengan Tampilan Elvis Presley (Bagian 1)
https://www.naviri.org/2021/01/kisah-rafiq-pedangdut-indonesia-dengan.html
Naviri Magazine - “Saat masih muda, saya menjuluki diri saya sebagai Elvis dari Indonesia. Tapi, saya hanya menyanyikan lagu dangdut. Gerakan, tindak-tanduk, penampilan panggung, kostum, semua mirip Elvis,” demikian pengakuan A. Rafiq, dalam suatu konferensi pers.
Dalam setiap aksinya, A. Rafiq memang sebisa mungkin bergaya mirip Elvis Presley, bintang rock and roll legendaris dari Amerika Serikat itu. Ke-Elvis-an Rafiq bahkan diakui oleh JW Eroll, penyanyi Indonesia yang memang benar-benar meniru apapun tentang Elvis kala itu.
“Anda adalah Elvis Indonesia yang sesungguhnya, bukan saya!” sebut Eroll kepada A. Rafiq.
Lantas, apa tanggapan A. Rafiq atas pujian tersebut? “Dia (JW Eroll) membawakan semua lagu Elvis. Jadi, dia adalah Elvis Indonesia yang sebenar-benarnya. Tapi, jika saya bukan menyanyikan lagu dangdut, maka sayalah Elvis Indonesia.”
A. Rafiq bisa saja menjadi Elvis Presley Indonesia, bahkan melebihi JW Eroll. Sebelum terjun ke dunia dangdut, Rafiq kerap menyanyikan lagu rock and roll, jalur musik yang memang ditekuni Presley. Itu terjadi di awal karier Rafiq sebagai musisi pada dekade 1950-an. Kala itu, ia masih remaja dan sangat terobsesi dengan sosok Elvis yang memang sedang jaya-jayanya.
Namun, kala itu A. Rafiq tidak terlalu berani mengumbar diri ke publik bahwa ia senang bergaya dan berdandan seperti Elvis. Presiden Sukarno melarang segala hal yang berbau budaya Barat, termasuk musik yang oleh sang penyambung lidah rakyat itu disebut dengan istilah ngak-ngik-ngok. Terpaksalah mimpi Rafiq menjadi Elvis Indonesia harus ditunda.
Bertahun-tahun A. Rafiq menahan diri. Ia mulai mencoba genre musik lain yang sangat jauh berbeda dengan rock and roll meskipun sama-sama bisa bikin pinggul bergoyang, dangdut. Karakternya yang enerjik lagi ekspresif tentunya terlihat aneh jika ia menjadi penyanyi pop.
Kalau musik rock? Sama saja, itu juga dilarang pemerintah Orde Lama. Lagi pula, jenis vokal Rafiq tidak cocok untuk menyanyikan musik cadas nan keras itu. Ia memiliki pita suara yang bisa mengeluarkan alunan merdu meliuk-liuk, sejuk di telinga.
Maka, dangdut yang menjadi pilihan A. Rafiq. Dari kota kelahirannya, Semarang, ia merantau ke timur menuju Surabaya, untuk mengadu nasib. Hingga akhirnya, Rafiq bertemu Ellya Khadam, seorang biduanita yang tenar bersama Orkes Melayu (O.M.) Sinar Kemala, pada era 1960-an.
Ellya Khadam memperkenalkan Rafiq dengan pimpinan O.M. Sinar Kemala, A. Kadir. Orang inilah yang kelak mengubah jalan hidup Rafiq menjadi bintang dangdut terkenal dengan ciri khasnya yang unik. Rafiq akhirnya bergabung dengan Sinar Kemala, dan bersama grup itu hijrah ke Jakarta pada 1969.
Di bawah bimbingan A. Kadir dan rekan-rekannya di Sinar Kemala, Rafiq mulai menapak karier cerahnya sebagai calon bintang. Orang ini memang bukan seniman sembarangan. A. Kadir adalah seorang musisi sekaligus pemikir, ia gemar mencoba-coba, meramu berbagai unsur untuk menghasilkan karya yang tidak biasa.
Di Sinar Kemala, misalnya, A. Kadir bereksperimen dengan menggabungkan begitu banyak kecenderungan budaya, antara lain memadukan irama dangdut khas Melayu dengan musik India dan Timur Tengah. Uniknya, para penyanyi dan pemusiknya mengenakan busana bergaya Barat.
Itulah yang diterapkannya kepada A. Rafiq. Kebetulan, Rafiq adalah pria Jawa yang memiliki darah India, Pakistan, Timur Tengah, dan Turki, percampuran yang sangat pas dan komplit menurut A. Kadir.
Kebetulannya lagi, Rafiq juga penggemar berat Elvis Presley, megabintang musik rock and roll dari dunia Barat. Dengan perpaduan silang-budaya itulah A. Kadir melambungkan pamor Rafiq di kancah permusikan nasional, khususnya di jalur dangdut.
Baca lanjutannya: Kisah A. Rafiq, Pedangdut Indonesia dengan Tampilan Elvis Presley (Bagian 2)