Dituding Mengandung Kolesterol, Sebenarnya Telur Punya Banyak Manfaat
https://www.naviri.org/2021/01/dituding-mengandung-kolesterol.html
Naviri Magazine - Telur mengandung protein hewani atau alternatif protein, selain daging dan ayam. Selain itu mudah dijangkau semua kalangan masyarakat.
Dalam data Survei Sosial Ekonomi Nasional (2018), konsumsi per kapita telur ayam nasional mencapai 108 butir per tahun. Setidaknya, konsumsi telur mencapai 9 butir per bulan untuk setiap orang. Jika disederhanakan, satu orang mengonsumsi tidak sampai setengah butir setiap hari.
Konsumsi paling tinggi berdasarkan wilayah berada di Pulau Kalimantan, tepatnya wilayah Pontianak. Di sana, satu orang bisa mengonsumsi 15 butir telur per bulan, atau mencapai setengah butir per hari.
Tidak berbeda jauh dengan Kalimantan, wilayah Medan menduduki posisi kedua tertinggi dalam konsumsi telur, sebesar 14 butir per orang setiap bulan. Jumlah ini juga sama dengan Kota Tangerang Selatan.
Berapa butir telur yang mesti dimakan dan baik untuk kesehatan?
Kini, pamor telur sedang didera kontroversi. Salah satunya tentang kandungan kolesterolnya. Dalam penelitian terbaru (2019) yang dilansir New York Times, konsumsi telur ayam di Amerika Serikat sebanyak 1,5 butir telur sehari per orang, dan kandungan kolesterolnya dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan kematian dini.
Jika ditelisik lebih lanjut, banyak penelitian lain menyatakan sebaliknya, bahwa stereotip itu tidak sepenuhnya benar.
Dari putih hingga kuning telur memiliki beragam manfaat. Putih telur memiliki kandungan protein yang berfungsi untuk mengantisipasi mikroskopis predator dan mikroba berbahaya. Sedangkan kuning telur memasok tiga perempat kalori dalam telur, meliputi zat besi, thiamin, vitamin A, dan lesitin.
Bahkan, jika dikonsumsi secara terpisah, kandungan telur dalam sepiring salad meningkatkan kandungan vitamin E setiap porsi yang dikonsumsi.
Dengan segala kontroversinya, manfaat telur tidak bisa dianggap isapan jempol belaka. Kemudian kepraktisannya, mudah diolah, baik sebagai makanan utama maupun pelengkap.
Seperti pesan penulis buku “Egg: A Culinary Exploration of the World's Most Versatile Ingredient (2014)”, Michael Ruhlman, tubuh akan memberitahukan tanda jika konsumsinya berlebihan.
Ruhlman seorang pemuja dan fanatik telur, serta tidak percaya kandungan buruk di dalamnya. Dia beralasan, jika telur itu buruk bagi kesehatan, “Kenapa orang Prancis tidak pernah berpaling dari telur dadar mereka? Italia dari frittatas mereka? Orang Jepang dari tamagoyaki mereka?”
Meski begitu, dengan sadar dia meminta setiap orang untuk mendengar tubuh dan akal sehat. Tentu juga saran dan anjuran dari dokter, sebab kondisi tubuh masing-masing orang berbeda.