Puluhan Kader PDIP Kabupaten Malang Membelot, Ini Alasannya
https://www.naviri.org/2020/12/puluhan-kader-pdip-kabupaten-malang.html
Naviri Magazine - Usai Sujud Pribadi menyatakan dukungannya kepada Pasangan Calon (Paslon) nomor urut dua, Lathifah Shohib dan Didik Budi Muljono (Ladub), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memecat pria yang masih menjadi kader PDIP tersebut.
Imbasnya, puluhan kader PDIP yang masih setia pada Bupati Malang ke-20 ini, berang dan kecewa pada sikap Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP.
"Kami adalah kader-kader dari Pak Sujud yang selalu mendampingi beliau waktu turun ke desa-desa se-Kabupaten Malang. Dimana Pak Sujud hingga saat dilihat masyarakat sebagai kader PDIP," tegas Kader PDIP, Hari Priyanto, saat deklarasi pelepasan dukungan pada Paslon nomor urut satu, pada Jumat kemarin.
Namun, para kader PDIP ini menilai jika sikap DPP PDIP yang memecat Sujud Pribadi adalah atas dorongan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDIP Kabupaten Malang.
"Tapi sikap dari partai pusat yang didorong oleh struktural DPC PDIP Kabupaten Malang untuk memecat Sujud Pribadi. Kami sebagai kader partai harus memiliki sikap yang jelas," tegas Relawan Merah Putih itu.
"Dan pemecatan ini tidak terlepas dari alasan dukung mendukung dalam Pilkada. Jika pak Sujud mendukung salah satu Paslon, ini semata-mata demi kemajuan Kabupaten Malang," imbuhnya.
Hari menegaskan, sikap Sujud Pribadi berdasarkan hati nurani. "Memang sikap partai jelas-jelas mendukung Paslon nomor urut satu, tapi Pak Sujud secara hati nurani tidak bisa membohongi jika dirinya ingin benar-benar mencari orang yang amanah," ucapnya.
"Oleh karena itu, teman-teman harus melepaskan dukungan pada Paslon nomor urut satu," imbaunya.
Pria berkacamata ini juga tidak ambil pusing seandainya DPC PDIP Kabupaten Malang memberikan sanksi. "Kalau masalah akan ada sanksi dari partai, kami pun tidak pernah diajak konsolidasi di lapisan masyarakat. Kalau dulu PDIP berkutat dari arus bawah, tapi sekarang justru terbalik seolah-olah partai ini berangkat dari atas dan bukan dari masyarakat," ucapnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan, suara mereka bisa jadi disalurkan pada Paslon lain dari latar belakang partai juga. "Jelas kami akan mendukung salah satu Paslon. Kalau saya melihat dari teman-teman itu terlihat akan mendukung Paslon yang berangkat dari partai juga. Karena apapun partai itu adalah alat perjuangan," tuturnya.
"Sehingga kami akan condong untuk mendukung Paslon nomor urut dua yang sama-sama diusung oleh partai," tukasnya.
Sementara itu, Kader PDIP lain, Mujiono, juga mengatakan kekecewaan yang sama. "Saya melakukan ini karena Pak Sujud dipecat dari PDIP, jadi saya mengikuti Pak Sujud. Ini adalah ungkapan kekecewaan setelah tahu Pak Sujud dipecat, artinya batin saya tidak terima," terangnya.
Pria yang sepuluh tahun bekerja sebagai sopir pribadi Sujud Pribadi ini menegaskan, Sujud Pribadi adalah Kader PDIP terbaik. "Tapi kita tetap PDIP hingga saat ini, dan saya menegaskan jika Pak Sujud adalah kader terbaik di Kabupaten Malang. Pak Sujud waktu jadi bupati adalah orang yang membesarkan PDIP," ucapnya.
Total, ada 40 orang Kader PDIP yang melakukan pelepasan dukungan ini. "Kami adalah perwakilan kader di seluruh kecamatan di Kabupaten Malang. Dan kami tidak ada paksaan untuk melakukan pelepasan dukungan," jelasnya.
"Tapi kalau pendukung Pak Sujud ada banyak, di setiap tempat di Kabupaten Malang ada pendukungnya. Kami ini hanyalah perwakilan setiap kecamatan di Kabupaten Malang," sambungnya.
Mujiono juga mengungkapkan, Sujud Pribadi tidak mengetahui kegiatan hari ini. "Bahkan, Pak Sujud tidak tahu jika ada deklarasi pelepasan dukungan ini, ini murni dari kami sendiri," ungkapnya.
Dia bahkan tidak takut jika sikapnya akan berimbas pada pemecatan sebagai Kader PDIP. "Kalau kami mendapatkan sanksi dari PDIP maka silahkan, bahkan kalau dikeluarkan sekalipun kami tidak apa-apa. Karena partai ini bukan perusahaan, partai adalah wadah perjuangan," tantang pria yang sudah jadi kader PDIP sejak tahun 1992 ini.
Sementara itu, Sujianto yang juga hadir dalam deklarasi tersebut, bahkan sampai memperlihatkan kartu Kader PDIP-nya. "Kalau saya tidak dianggap kader PDIP, ini saya memiliki kartu kader PDIP. Saya ini orang lama di PDIP, tapi hanya karena ada Pak Sujud di sana dan bukan karena PDIP-nya," ujarnya.
Namun, dia kecewa tidak pernah dilibatkan dalam konsolidasi di lapisan masyarakat. "Tapi saya tidak pernah mendapatkan kabar dari DPC PDIP sampai saat ini. Bahkan waktu Pak Sujud dipecat, kami tidak diberitahu sama sekali," pungkas pria yang jadi Kader PDIP sejak 1982 ini.