Penting! Ini Bahaya Asap Rokok Pada Balita, Menurut Penjelasan Dokter
https://www.naviri.org/2020/12/penting-ini-bahaya-asap-rokok-pada.html
Naviri Magazine - Pneumonia menjadi penyakit penyebab kematian kedua pada balita di Indonesia setelah persalinan prematur. Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2017, terjadi kematian 25.481 balita di Indonesia karena infeksi pernapasan.
Karena itu, pneumonia pada balita perlu dicegah dan segera diatasi agar tidak menyebabkan kematian. Lalu siapa saja balita yang rentan terhadap pneumonia?
Ketua Unit Kerja Koordinasi Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Dr. dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K), faktor risiko penyebab pneumonia pada balita cukup banyak.
"Ada beberapa hal yang membuat balita menjadi lebih rentan terkena pneumonia. Pertama, biasanya bayi-bayi yang lahir prematur atau berat lahirnya rendah kurang dari 2.500 gram. Itu dia lebih rentan terkena pneumonia," kata dr. Nastiti dalam webinar Save the Children belum lama ini.
Kemudian, anak-anak dengan kecukupan gizi yang kurang atau mengalami gizi buruk, stunting, dan malnutrisi juga cenderung rentan terkena pneumonia. Begitu juga dengan anak-anak yang imunisasinya kurang lengkap.
"Karena di dalam jadwal imunisasi cukup banyak imunisasi yang terkait dengan pneumonia," lanjutnya.
Faktor risiko selanjutnya adalah anak-anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidupnya. Dokter Nastiti juga mengungkap kekurangan vitamin pada anak-anak membuat mereka lebih berisiko terkena pneumonia.
Ia melanjutkan, satu lagi faktor risiko yang penting diperhatikan oleh orangtua adalah paparan polusi di dalam rumah, seperti asap rokok.
"Ini merupakan komponen yang sangat penting. Asap rokok itu merupakan hal yang sangat meningkatkan risiko pneumonia dan meningkatkan risiko kematian akibat pneumonia," jelas dr. Nastiti.
Meski orangtua tidak merokok langsung di depan anak, namun sisa polusi asap rokok yang menempel pada tubuh bisa menjadi penyebab anak terkena pneumonia. Inilah yang kerap tidak disadari oleh orangtua perokok.
"Seringkali jadi alasan orangtua bahwa 'Saya tidak membahayakan anak'. Meskipun tidak merokok di depan anak, tapi asap rokoknya menempel di baju, itu juga bisa dihirup," pungkas dr. Nastiti.