Indonesia Resmi Resesi, Pengusaha: Gara-gara PSBB Ketat!
https://www.naviri.org/2020/11/indonesia-resmi-resesi-pengusaha-gara.html
Naviri Magazine - Kalangan pengusaha sedari awal sudah meyakini Indonesia bakal memasuki jurang resesi. Pemicu utamanya adalah kebijakan penguncian atau PSBB ketat yang berlaku di DKI Jakarta pada triwulan III-2020.
Ketua umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan resesi sudah bisa dilihat dari perilaku masyarakat dalam beberapa bulan terakhir. Namun, pengumuman resesi pada Kamis (5/11) tidak perlu disesali terlalu dalam.
"Memang sudah bisa diprediksi, ini pasti akan masuk resesi walaupun sebetulnya resesi bukan sesuatu yang dikhawatirkan berlebihan juga. Kita bisa bilang pengaruh pandemi berkepanjangan. Begitu masyarakat nggak lakukan aktivitas pasti nge-drop," katanya.
Ia bilang angka -3,49 PDB Indonesia pada kuartal III-2020 ini lebih baik dari periode sebelumnya. Pada kuartal II, output ekonomi tumbuh -5,32% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).
"Kita melihat mulai ada pembalikan. Mudah-mudahan ini naik terus. Jadi nggak perlu dikhawatirkan," kata kata Hariyadi.
Ia coba menganalisis kenapa pertumbuhan PDB bisa negatif dalam dua kali berturut-turut. Menurutnya, penyebab yang paling berpengaruh adanya PSBB ketat dua kali selama pandemi berlangsung. Pembatasan aktivitas tersebut yang membuat perputaran ekonomi tidak berjalan.
"Kemarin di kuartal II babak belur karena Maret udah kena, 10 April PSBB pertama, terus lanjut sampai Juni. Kalau nggak salah PSBB kita dua kali dalam 1 bulan, terus transisi. Orang kaget tiba-tiba disuruh di rumah. Itu kenapa -5,32," kata Hariyadi.
Sementara pada kuartal III juga tidak lepas dari kebijakan PSBB ketat di DKI Jakarta pada pertengahan September lalu. Hariyadi menilai keputusan tersebut membuat ekonomi jadi drop. Alhasil, pertumbuhan yang terjadi selama Juli-Agustus hingga awal September kembali minus.
"Kalau kuartal III ini kan dari Juli, Agustus, September. Kemarin kita kena PSBB lagi akhir September. Jadi masih kena impact positif dari Juli, Agustus, September. Masih kena impact itu," sebut Hariyadi.