Kisah Trinity Traveler Viral di Medsos, Pihak Angkasa Pura II Meminta Maaf
https://www.naviri.org/2020/09/kisah-trinity-traveler-viral-di-medsos.html
Naviri Magazine - PT Angkasa Pura II mengaku sudah menghubungi dan menjelaskan apa yang terjadi kepada Trinity Traveler. Sebelumnya travel blogger itu mengungkapkan bahwa dirinya mengalami kejadian kurang mengenakkan di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta (Soetta).
“PT Angkasa Pura II telah menghubungi Trinity untuk menyampaikan permohonan maaf apabila ada pelayanan yang kurang berkenan," ungkap Executive General Manager Bandara Soekarno-Hatta Agus Haryadi mengatakan PT Angkasa Pura II, dalam keterangan tertulis.
Agus juga menjelaskan, pihaknya akan berkoordinasi kembali dengan seluruh stakeholder atau pihak terkait, meskipun menjalankan Protokol Kesehatan penanganan Covid-19 secara ketat, namun hal tersebut harus dilakukan dengan pelayanan yang prima dan ramah.
"Kami juga berkoordinasi dengan seluruh stakeholder agar pelayanan dapat dilakukan dengan lebih ramah," tuturnya.
Sementara dilain pihak, Ketua Satgas Udara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kolonel Pas M.A Silaban (TNI AU) mengatakan, stakeholder berupaya menjalankan prosedur kesehatan di Bandara Soekarno-Hatta.
“Kami berupaya menjaga agar prosedur kedatangan penumpang internasional dapat dijalankan dengan baik, serta menjaga ketertiban dan keamanan agar penumpang dapat menerapkan physical distancing," ujarnya.
Menurut M.A Silaban, segala saran atau masukan dari masyarakat, terutama pengguna jasa Bandara Internasional Soekarno Hatta, akan diperhatikan. Agar proses kedatangan dapat lebih baik lagi.
Seperti diketahui sebelumnya, Trinity saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta pada Sabtu, 26 September, dia mengaku mendapat pengalaman kurang menyenangkan. Bahkan dia menyebut, teriakan dari petugas seperti membawanya ke suasana ospek.
Protokol Baru di Bandara Soetta
Travel blogger Trinity, penulis buku "The Naked Traveler", berada di Turki pada 19 sampai 26 September 2020, Trinity akhirnya sudah kembali ke Indonesia. Namun saat tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada Sabtu, 26 September, ia mengaku mendapat pengalaman kurang menyenangkan.
Ia menceritakannya dalam sejumlah cuitan di Twitter pada Minggu (27/9/2020). Trinity menyoroti penanganan penumpang pesawat dari luar negeri ketika mendarat di Terminal 3 Bandara Soetta di saat pandemi.
"Ceritanya gue ke Turki 19-26 Sep. Perginya gue udah rapid test dg hasil non reaktif. Kita cuma isi kartu selembar isi nama, no paspor, no perbangan n tgl/asal kedatangan (dibagikan di pesawat), cek suhu otomatis di bandara, tapi ga ditanya hasil rapid test," cuit Trinity Traveler.
Trinity menambahkan, sebelum pulang ia mencari dan mendapatkan informasi kalau untuk masuk Indonesia ternyata harus punya hasil tes PCR atau swab test. Ia kemudian test PCR di hotel sehari sebelum terbang dan hasilnya negatif.
"Begitu mendarat di CGK T3 kemarin sekitar jam 18.00, tau2 diserbu dg suara orang2 teriak2 nyuruh penumpang ke arah kanan utk duduk. Ada petugas yg membagikan kertas ‘klirens kesehatan’ dari Kemenkes. Lha apa bedanya sama kartu kuning yak?" cuitnya lagi.
Trinity merasa seperti pengungsi dan penasaran seperti apa perasaan para warga negara asing (WNA) mendapat perlakuan seperti itu. Trinity yang mengambil posisi duduk agak depan, berinisiatif mengisi formulir. Sedangkan penumpang lainnya masih disuruh untuk duduk tapi tetap belum diberi tahu harus melakukan apa. Travel blogger ini pun sempat berswafoto sebagai bukti.
"Abis itu antre lagi di meja kedua yg dibatasi kaca. Surat2 tadi diserahkan. Temen gue ditanya sama petugas, ‘Bacanya ini gimana?’ krn surat PCR kami dlm bhs Inggris! Hadeuh. Lalu surat2 dicap ‘valid’. Buset, banyak amat kontaknya!" tulisnya lagi.
Usai pemeriksaan surat-surat, Trinity berjalan ke imigrasi dan harus menyertakan surat-surat tadi. Setelah mengambil bagasi, sang travel blogger kembali ditanya mau pulang ke mana.
Ia merasa seperti diospek, karena seharusnya ada informasi yang jelas yang bisa diakses semua orang termasuk WNA, bagaimana tata cara masuk Indonesia.
Formulir dan titik pemeriksaan terlalu banyak, padahal seharusnya meminimalisasi kontak, tapi justru bertemu banyak orang dan bersentuhan dengan kertas-kertas yang dipegang tangan berkali-kali. Trinity menambahkan, dari keluar pesawat sampai keluar bandara, ia hanya menemukan dua hand sanitizer, dan tukang taksi gelap yang tidak memakai masker.