Terkait Kasus ‘Bungkus Membungkus’ yang Viral, Ini Pendapat Psikolog

Terkait Kasus ‘Bungkus Membungkus’ yang Viral, Ini Pendapat Psikolog, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Percakapan media sosial Twitter ramai akan pengakuan beberapa orang mengenai kasus pelecehan seksual yang diduga dilakukan seorang pria bernama Gilang. Ia disebut memiliki masalah fetish kain jarik.

Pria tersebut kepada beberapa korban mengenalkan diri sebagai mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Surabaya yang tengah merampungkan studi.

Gilang lantas meminta orang-orang yang dihubunginya untuk membungkus diri dengan kain jarik dan mendokumentasikannya. Ia berdalih, foto dan video hasil dokumentasi itu menjadi bagian dari bahan penelitian yang ia sebut dengan 'reaksi emosional bungkus-membungkus'.

Beberapa pengguna media sosial lantas mengaitkan perilaku tersebut dengan fetish.

Namun Psikolog Klinis dan Forensik, Kasandra Putranto justru masih sangsi lantaran ada rangkaian keterangan yang tak cocok. Dan karena itu, perlu dipastikan ulang. "Saya justru tidak yakin itu fetish," kata dia.

"Karena masih ambigu, keterangan itu berasal bukan dari tangan pertama. Lalu ada beberapa perbedaan, yang pertama, dia minta orang membungkus lalu meminta orang mengirim fotonya. Yang kedua, orang membungkus diri di hadapannya, lalu kemudian dia raba-raba," jelas lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia tersebut.

Padahal lanjut Kasandra, pada dasarnya fetish merupakan rangsangan seksual yang muncul dari benda mati atau bagian tubuh nongenital.

"Misalnya, sepatu, bra, mungkin foto, mungkin boneka atau apapun. Sementara ini kan benda hidup, artinya di dalam jarik itu kan ada orang. Nah yang jadi sumber arousal-nya dia itu, jariknya-kah atau orangnya?"

Jika benar fetish jarik, dalam foto-foto korban yang tersebar di media sosial terlihat tak semuanya memakai kain jarik ketika 'dibungkus.' Ada juga yang menggunakan kain seprai atau kain putih.

Selain itu, pelbagai perbedaan dari cerita-cerita korban itu masih menyisakan pertanyaan bagi Kasandra.

"Karena ada beberapa yang melaporkan kelaminnya dipegang-pegang. Harus diperjelas, apakah jarik hanya alat untuk mengikat supaya tidak melawan," tutur dia lagi.

Kasandra tidak mau terseret pada pandangan yang menyebut perilaku ini sebagai fetish. Ia perlu memastikan ulang dan memperjelas beberapa hal melalui pemeriksaan lebih lanjut.

"Sampai saat ini saya belum memperoleh kesempatan untuk melakukan pemeriksaan langsung terhadap yang bersangkutan 1 ataupun memiliki data-data informasi tangan pertama yang bisa saya gunakan untuk menganalisa," ucap dia.

"Saya hanya memperoleh berita-berita dari internet yang kebenarannya sulit untuk bisa digunakan sebagai bahan analisa," lanjut dia lagi.

Sementara dikutip dari laman Psychology Today, fetisisme merupakan daya tarik seksual yang muncul ketika melihat sesuatu baik itu benda mati ataupun bagian tubuh nongenital--yang tak umum dianggap sebagai daya tarik seksual.

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition (DSM-5) menyebut bahwa kelainan fetishistik dicirikan ketika ada penggunaan terus-menerus dan berulang atau ketergantungan terhadap benda mati atau bagian tubuh tertentu untuk mencapai gairah seksual. Jadi, hanya melalui penggunaan objek atau bagian tubuh itulah seseorang baru bisa memperoleh kepuasan seksual.

Karena dalam perkembangannya fetish terjadi dan dialami banyak orang, maka diagnosis gangguan fetishistik hanya diberikan ketika kondisi itu disertai dengan stres atau terganggunya aktivitas lain seperti kegiatan harian dan pekerjaan akibat fetish.

Benda fetish yang umum termasuk di antaranya pakaian dalam, alas kaki, sarung tangan, barang berbahan karet, pakaian kulit, juga bagian tubuh seperti kaki, jari, rambut, dan jari kaki.

Kasus fetish jarik melambung di media sosial pada Kamis (30/7), setelah seorang korban menceritakan dugaan pelecehan seksual oleh seorang kenalannya dari Instagram, Gilang. Kepada korban, Gilang mengaku sebagai mahasiswa Universitas Airlangga.

Kepala Pusat Informasi dan Humas (PIH) Unair, Suko Widodo, mengakui nama Gilang Aprilian Nugraha Pratama terdaftar dalam database mereka.

Saat ini pihak universitas masih melacak keberadaan Gilang. Unair juga sudah menyiapkan sanksi drop out (DO) atau dikeluarkan kepada Gilang jika pelecehan yang dilakukan terbukti.

Related

News 1283531082542861867

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item