Menurut Survei BPS, Warga Paling Bahagia di Indonesia adalah Kaum Jomblo

Menurut Survei BPS, Warga Paling Bahagia di Indonesia adalah Kaum Jomblo, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Badan Pusat Statistik mengumumkan Indeks Kebahagiaan di Indonesia. Laporan ini segera menjadi perbincangan ramai di media massa. Anak muda di media sosial, baik yang jomblo maupun sudah menikah, segera membagikan berita seputar indeks kebahagiaan para lajang yang lebih tinggi daripada status perkawinan lainnya.

Dalam laporan tersebut angka kebahagiaan Indonesia tahun ini sebesar 70.69. Cara membacanya didasarkan skala 0-100. Untuk 0 artinya paling tidak berbahagia, sementara kebalikannya adalah 100. BPS menggunakan metode yakni penambahan dimensi penyusun indeks kebahagiaan.

Pada jajak pendapat 2014, pengukuran hanya mencakup dimensi kepuasan hidup, sehingga angka yang dicapai 68.28. Sedangkan tahun ini masuk pula Dimensi Perasaan (Affect) dan Dimensi Makna Hidup (Eudamonia), menghasilkan angka kebahagiaan rata-rata sebesar 69.51.

Dimensi Kepuasan Hidup dalam hitungan tahun ini masih dibagi menjadi dua lagi, yakni Kepuasan Hidup Personal dan Kepuasan Hidup Sosial. Lalu, setelah ditapis semua kategori, warga negara yang statusnya lajang memiliki skor kebahagiaan tertinggi, sebesar 71.53.

Jomblo jauh lebih bahagia daripada warga yang sudah menikah (71.09). Sementara janda/duda yang ditinggal mati (68.37) lebih berbahagia daripada mereka yang bercerai (67.83).

"Perbedaan antara yang single dan yang sudah menikah sebetulnya tidak tajam. Namun memang [indeks kebahagiaan] lebih tinggi bagi yang belum menikah," kata Deputi Statistik Sosial, Sairi Hasbullah. "Karena itu dia [individu belum menikah] mempersepsikan lebih puas dalam bidang-bidang tertentu yang menjadi indikator tersebut,"

Sairi mengatakan bahwa individu yang belum menikah, dalam konteks ini kita sepakati sebagai 'lajang', mempersepsi hidupnya lebih puas jika ditinjau dari segi pendapatan, pendidikan, pekerjaan, dan kesehatan.

Indeks kebahagiaan kini menjadi indikator keberhasilan negara, mendampingi hitungan Produk Domestik Bruto (PDB) yang semata berpatok pada sektor ekonomi suatu negara.

Di satu sisi adanya indeks kebahagiaan disambut positif karena tidak hanya mengedepankan kondisi ekonomi sebagai satu-satunya ukuran keberhasilan. Di sisi lain, ukuran kebahagiaan pun masih dinilai sesuatu yang problematik.

Pasalnya, indikator BPS untuk menentukan tingkat kepuasan warga negara ini masih sebatas hal-hal materialistik seperti pendapatan, pendidikan, pekerjaan, dan fasilitas rumah. Dimensi perasaan dan makna hidup, yang kini dimasukkan, masih terasa abstrak.

Memilih menjadi lajang dan bahagia sepertinya bukan pilihan populer di Indonesia. Label 'perawan tua' (tapi bahagia) seringkali dianggap nista. Buktinya, banyak beredar candaan yang terkesan mempermalukan lajang.

Related

News 1299652438836313603

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item