Tips Pintar Menulis dari Wartawan Kompas: Jadilah Diri Sendiri
https://www.naviri.org/2020/06/tips-pintar-menulis-dari-wartawan.html
Naviri Magazine - Wartawan Kompas, Andreas Maryoto, menyampaikan cara tentang bagaimana menjadi storyteller. Andreas mengatakan, kemampuan bercerita dibutuhkan tidak hanya buat para penulis. Namun juga untuk mereka yang ingin menjadi wartawan, hingga pembuat skrip dalam film.
Bahkan, ibu yang mengasuh anaknya, seorang salesman, dan seorang yang hendak merebut hati kekasihnya, pun butuh kemampuan yang satu ini. “Storytelling adalah kemampuan yang perlu kita asah di mana pun bidang kerja kita,” tutur Andreas dalam keterangan pers.
Alumnus Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian UGM angkatan 1989 ini mengatakan, storytelling bukan hal yang baru. Sebab, generasi terdahulu telah menggunakan metode ini untuk membuka perbincangan saat bekerja pada siang hari serta pada malam hari menjelang istirahat.
Bagi Andreas, teknik storrytelling dapat menjembatani seseorang dalam menyampaikan maksud tertentu secara mengena. Termasuk dalam membuat suatu tulisan yang disajikan untuk pembaca.
“Inti dari storytelling adalah kita adalah manusia yang bisa merasakan segala emosi,” ujar Andreas dalam acara bertajuk The Power of Storytelling: Kiat Menulis Storytelling yang Greget dan Menarik, sekaligus launching buku The Story of Gondes karya Nursodik Gunarjo, oleh Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada.
Menurut Andreas, teknik penulisan storytelling sebenarnya mengingatkan bahwa kita adalah manusia. “Kesadaran bahwa kita manusia, dalam menulis dibutuhkan agar tulisan kita bisa menghipnotis,” katanya.
Pria yang bekerja di Kompas sejak 1997 itu menyarankan, memberikan kesan humanis dalam tulisan bisa dilakukan dengan menghindari kalimat-kalimat klise. Menurut Andreas, jika sudah sadar seseorang adalah manusia, maka dia akan memperlihatkan sisi uniknya.
“Saat menjadi storyteller, kemukakanlah kita siapa. Sehingga pembaca bisa mengetahui keunikan kita, meskipun tanpa membaca nama kita,” kata Andreas
Ada baiknya para penulis merujuk fakta seperti apa yang ada di lapangan. Andreas lalu merujuk pada karya Pramoedya Ananta Toer, yakni Nyanyi Sunyi Seorang Bisu. Menurutnya, istilah nyanyi sunyi sudah dipakai jauh sebelum Pram. Namun, ketika orang mendengarnya, sebagian besar pasti akan menyebut bahwa itu berasal dari Pram.
Nah, bagi Andreas, keunikan Pram telah menancap di hati para pembaca. Lebih lanjut, Andreas mengatakan, untuk mendapatkan tulisan yang berkarakter, storytelling harus mengalir.
Hal itu dimulai dengan menulis lead (kalimat pembuka) yang kuat. Serta tidak terganggu fakta-fakta lain yang tidak ada kaitannya. Jika itu tidak dipenuhi, bisa jadi pembaca akan lari dari tulisan.
Tips bagi pemula yang diberikan Andreas adalah mengawali dengan menulis dengan menceritakan diri sendiri. Kemudian, tulis dengan kalimat-kalimat sederhana dan ringkas. Jika sudah, baca terlebih dahulu untuk mengambil jeda. Jeda penting karena saat itu otak akan kembali tercerahkan dengan ide-ide yang lebih segar.
Andreas menilai, pada level yang lebih lanjut, penulis akan menemui jebakan klise kembali. “Itu muncul saat kita cenderung ingin dianggap pintar dan intelek. Kita ingin mempengaruhi seseorang pada tingkatan luas,” kata Andreas.
Ia menyarankana agar penulis kembali menjadi dirinya sendiri. Untuk para peneliti, Andreas mengatakan tidak semua fakta dalam penelitian harus dikeluarkan. Sehingga, harus dipilih mana yang paling dibutuhkan oleh publik. “Peneliti juga harus banyak membaca tulisan di luar dunia mereka agar bisa dipahami,” katanya.