Pria Difabel Asal Yogya Kena PHK Akibat Corona, Kini Jualan Tisu dan Kerupuk
https://www.naviri.org/2020/06/pria-difabel-asal-yogya-kena-phk-akibat-corona.html
Naviri Magazine - Pandemi Corona tak hanya berimbas pada kesehatan masyarakat, namun juga kondisi ekonomi mereka. Banyak pekerja yang dirumahkan, dipotong gaji, bahkan di-PHK. Seperti seorang pria difabel asal Yogyakarta bernama Andika ini.
Diceritakan oleh akun Facebook Ati Dirgawati, Andika tak lagi bekerja selama pandemi Corona. Sudah 3 bulan ia tak bekerja sementara anak istrinya butuh makan.
Tanpa kehilangan semangat dan rasa tanggung jawab sebagai suami, ia berjualan tisu dan lempeng gendar (kerupuk gendar). Harganya pun terjangkau. "Mas Andika ini sudah 3 bulan tidak bekerja karena pandemi, tapi tidak menyurutkan tekad dan semangatnya untuk menghidupi anak istrinya," tulis akun tersebut.
Pria difabel ini berkeliling menggunakan motor yang ia modifikasi secara khusus agar bisa dikendarai. Ia berjualan di area perumahan warga Sleman dan Kota Yogyakarta.
"Beliau jualan tisu (3 pcs Rp25 ribu) dan lempeng legendar Rp12 ribuan dengan berkeliling. Silakan teman-teman area Sleman dan Yogya yang mau melarisi bisa pesan lewat saya," tulisnya.
Kita doakan semoga rezekinya lancar, dan dagangannya laris manis.
Bicara soal atur keuangan saat tulang punggung keluarga di-PHK karena Corona, disarankan oleh Ligwina Hananto sebagai Financial Planner dari QM Financial, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan.
"Nomor satu kita lihat dulu, dapat pesangon atau enggak? Sering banget orang dapat pesangon bakal kaget karena uangnya banyak. Lalu dipakailah untuk beli TV baru, mobil baru, dan lain sebagainya. Tapi saat ini kondisinya darurat," kata Ligwina dalam IG Live Menyeimbangkan Keuangan Keluarga Pasca-Krisis Corona, baru-baru ini.
"Saat kita ada pesangon, paling tidak pesangon itu menutupi tiga hal. Pertama, adalah bayar utang. Kedua, saat di-PHK ada fasilitas kantor yang hilang seperti asuransi kesehatan. Jika ini hilang, maka harus dicarikan penggantinya. Ketiga, hitung pengeluaran keluarga lalu lihat berapa persen yang bisa dijadikan dana darurat," tambahnya.