Polusi di Bumi Turun Drastis Sejak ada Lockdwon Akibat Corona (Bagian 1)
https://www.naviri.org/2020/06/polusi-di-bumi-turun-drastis-page-1.html
Naviri Magazine - Hanya dalam hitungan bulan, dunia berubah. Ribuan orang meninggal dunia dan jutaan lainnya sakit karena virus corona baru, sebuah virus yang sebelumnya tak diketahui keberadaannya sampai ia muncul di Wuhan pada Desember 2019.
Dan bagi jutaan orang lain yang tak terinfeksi penyakit ini, kehidupan mereka turut berubah.
Jalanan di Wuhan, China, lengang setelah pemerintah setempat menjalankan karantina wilayah yang ketat alias lockdown. Di Italia, pembatasan perjalanan paling luas sejak Perang Dunia II diberlakukan. Sementara di London, pub, bar dan teater yang biasanya ramai pengunjung ditutup.
Di seluruh dunia, penerbangan dibatalkan atau dibekukan, sehingga industri penerbangan mulai terpuruk. Semua orang diperintahkan untuk tinggal di rumah saja, dan untuk mereka yang bisa melakukannya, kegiatan bekerja dan belajar dilakukan dari kediaman masing-masing.
Semua langkah ini bertujuan mengendalikan penyebaran Covid-19, juga dengan harapan mengurangi korban jiwa. Tapi semua perubahan ini juga menyebabkan konsekuensi yang tak terduga.
Ketika banyak industri, jejaring transportasi dan perusahaan tutup, jumlah emisi karbon di udara turun drastis. Dibandingkan kurun waktu yang sama pada tahun ini di New York, tingkat polusi udara berkurang nyaris sebanyak 50%.
Di China, tingkat emisi berkurang 25% di awal tahun, ketika orang-orang diperintahkan untuk tinggal di rumah. Pabrik-pabrik tutup dan penggunaan batu bara di enam pembangkit listrik terbesar China merosot hingga 40%. Proporsi hari-hari dengan "kualitas udara baik" naik 11,4% dibandingkan waktu yang sama pada tahun lalu di 337 kota di seluruh China, menurut Kementerian Ekologi dan Lingkungan.
Di Eropa, pencitraan satelit menunjukkan emisi nitrogen dioksida (NO2) memudar di atas Italia utara. Fenomena sama terjadi di Spanyol dan Inggris.
Ternyata, hanya ancaman mendadak dan eksistensial seperti Covid-19 yang bisa membuat perubahan yang begitu besar dan begitu cepat.
Pandemi ini juga mengakibatkan jutaan orang kehilangan pekerjaan dan terancam keberlangsungan hidupnya. Kegiatan ekonomi terhenti dan pasar saham anjlok, ketika tingkat emisi karbon juga turun. Ini adalah kebalikan dari kampanye ekonomi berkelanjutan tanpa karbon yang banyak orang inginkan selama puluhan tahun.
Pandemi global yang merenggut nyawa manusia tak seharusnya dilihat sebagai cara untuk memperbaiki lingkungan.
Satu yang pasti, tidak jelas sampai kapan penurunan emisi ini akan berlangsung. Saat nanti keparahan pandemi berkurang, akankan emisi karbon dan polutan "melambung kembali"? Atau perubahan yang kita rasakan sekarang dapat bertahan?
Hal pertama yang patut dipertimbangkan, kata Kimberly Nicholas, peneliti sains berkelanjutan di Lund University di Swedia, adalah ada beberapa alasan berbeda mengapa tingkat emisi turun.
Transportasi, misalnya, menyumbang 23% dari total emisi karbon global. Angka emisi karbon karena transportasi terlihat turun di negara-negara yang membatasi pergerakan warganya sebagai kebijakan. Berkendara dan penerbangan adalah penyumbang utama emisi dari transportasi, yakni 72% dan 11% dari gas rumah kaca dan gas emisi.
Selama masa pandemi dan pengurangan perjalanan masih terjadi, angka emisi ini dipastikan tetap rendah. Tapi apa yang terjadi setelah pembatasan ini diangkat?
Untuk perjalanan rutin, seperti dari rumah ke tempat kerja, tentu angka ini tidak akan terganti. Namun bagaimana dengan jenis perjalanan lain—mungkinkah rasa bosan dari isolasi diri memicu orang-orang untuk melakukan lebih banyak perjalanan, ketika opsi itu muncul kembali?
"Saya melihat beberapa pendapat berbeda," kata Nicholas. "Mungkin mereka yang menghindari melakukan perjalanan saat ini sedang mementingkan untuk menghabiskan waktu bersama keluarga dan fokus pada prioritas itu. Masa-masa krisis ini menyoroti bagaimana pentingnya prioritas tersebut dan bagaimana orang-orang fokus pada kesehatan dan kesejahteraan keluarga, teman, dan komunitas mereka."
Baca lanjutannya: Polusi di Bumi Turun Drastis Sejak ada Lockdwon Akibat Corona (Bagian 2)