Kisah 4 Negara yang Buru-buru Terapkan New Normal, dan Akhirnya Gagal (Bagian 2)

Kisah 4 Negara yang Buru-buru Terapkan New Normal, dan Akhirnya Gagal, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah 4 Negara yang Buru-buru Terapkan New Normal, dan Akhirnya Gagal - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Pakistan

Pakistan bisa disebut sebagai contoh terburuk bagaimana pelonggaran pembatasan sosial muncul di saat wabah belum terkontrol. Sebagai contoh, negara tersebut mencatat pertumbuhan ganda total kasus virus corona dalam waktu 14 hari terakhir. 

Pemerintah Pakistan melonggarkan pembatasan sosial mereka sejak 11 Mei 2020 di saat peningkatan kasus virus corona sedang meningkat, menurut laporan Anadolu Agency. Langkah tersebut diambil karena, menurut Perdana Menteri Imran Khan, kebijakan lockdown dan pembatasan sosial hanya akan menyulitkan para pekerja, ekonomi, dan bisnis kecil.

Keputusan gegabah untuk membangun ekonomi di tengah wabah yang belum terkendali jadi bumerang bagi Pakistan. Negara tersebut mencatat 132.405 kasus virus corona, meningkat dua kali lipat dibanding laporan resmi pemerintah Pakistan pada 30 Mei 2020 dengan jumlah sebesar 66.457 kasus.

Pakistan pun saat ini tengah terperosok ke dalam krisis kesehatan. Menurut laporan Aljazeera, Pakistan hanya memiliki 6 kasur rumah sakit per 1.000 penduduk, di mana para dokter dan ahli kesehatan memprediksi fasilitas layanan kesehatan mereka akan kolaps dalam waktu dekat.

Sama seperti Iran, lonjakan kasus corona di Pakistan pasca-pelonggaran pembatasan sosial diakibatkan oleh tidak patuhnya masyarakat terhadap protokol kesehatan dan kurangnya jumlah tes yang masif. Aljazeera melaporkan, Pakistan hanya mampu melakukan uji diagnostik PCR sebesar 25.000 tes per hari, atau hanya setengah dari jumlah yang dianjurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Indonesia sendiri tidak pernah mencatat tes PCR di atas 20.000 per hari.

India

India sempat menggemparkan dunia ketika mengumumkan lockdown terbesar pada 25 Maret 2020. Namun, langkah preventif dicabut pada akhir Mei 2020. 

Sejak 26 Mei sampai 13 Juni 2020, India mencatat total pertumbuhan ganda kasus corona. Negara berpopulasi 1,3 miliar orang itu telah mencatatkan 309.603 kasus virus corona, di mana 8.890 orang di antaranya meninggal.

India saat ini mencatat pertumbuhan kasus harian sebesar 10.000 kasus per hari. Mereka hanya lebih baik ketimbang AS dan Brazil dalam hal pertumbuhan kasus harian tersebut.

Menurut laporan The New York Times, pencabutan lockdown diambil oleh pemerintah India dengan pertimbangan ekonomi. Meski demikian, para ahli menyebut bahwa negara itu terlalu cepat melonggarkan pembatasan sosial yang ada.

"Ekonomi kita sangat tergantung pada tenaga kerja, jutaan orang akan kehilangan mata pencaharian dan kehidupan mereka jika lockdown ini berlangsung berbulan-bulan,” kata Indrani Gupta, seorang ekonom kesehatan India yang diwawancarai oleh The New York Times.

"Kami malah mendapatkan hal sebaliknya. Kami menutup terlalu cepat dan itu terlalu kejam. Dan saya pikir sekarang bukan saatnya untuk tenang,” sambungnya.

India sendiri sebenarnya telah melakukan tes corona sebanyak lebih dari 5,5 juta tes. Namun, karena populasi yang besar, rasio tes mereka hanya mencapai 3.993 tes per 1 juta penduduk. Rasio tersebut masih dua kali lipat lebih baik ketimbang yang dicapai oleh Indonesia.

Meksiko

Faktor ekonomi juga menjadi alasan Meksiko untuk menyudahi lockdown mereka. Bahkan, pemerintah Meksiko saat ini telah membuka kembali industri pariwisata mereka di awal Juni 2020.

“Kita harus menuju ke normalitas baru karena ekonomi nasional dan kesejahteraan rakyat tergantung padanya,” kata Presiden Meksiko, Andrés Manuel López Obrador, dikutip dari The New York Times.

Di sisi lain, pertumbuhan kasus corona harian di Meksiko terus melonjak dari hari ke hari. Negara tersebut telah mencatat 139.196 kasus corona di mana 15.448 orang di antaranya meninggal.

Meksiko sendiri tak memiliki tes diagnostik corona yang memadai. Menurut catatan Worldometer, mereka baru melakukan tes corona sebesar 393.714 bagi 128,8 juta penduduk, dengan rasio 3.055 tes per 1 juta penduduk.

Baca laporan lengkap » Semua Hal tentang Virus Corona, di Indonesia dan Dunia.

Related

News 4454496847573694478

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item