Dunia Memuji Cara Taiwan Mengatasi Wabah Corona, Meski Tak Ikuti WHO
https://www.naviri.org/2020/06/dunia-memuji-cara-taiwan-mengatasi-corona.html
Naviri Magazine - Taiwan patut dapat pujian sebagai negara dengan penanganan COVID-19 paling baik di dunia, di tengah banyaknya negara lain yang tumbang akibat wabah virus corona SARS-CoV-2.
Pada 2003 silam, Taiwan pernah dihantam wabah SARS yang merenggut nyawa 181 orang dan sebanyak 150.000 orang dikarantina. Bersama Hong Kong dan China, Taiwan kala itu jadi negara yang paling parah terkena dampak penyakit sindrom pernapasan akut yang masih disebabkan virus dari keluarga besar corona.
17 tahun kemudian setelah wabah SARS, Taiwan tak mau bernasib seperti dulu. Lembaga khusus bernama Pusat Komando Kesehatan Nasional Taiwan (National Health Command Center/NHCC) yang dibentuk setelah wabah SARS, langsung bergerak cepat melakukan pencegahan wabah virus corona.
Cara Taiwan dalam menangani COVID-19 ini juga dilaporkan dalam Journal of American Medical Association (JAMA). Mereka mengambil langkah antisipasi super ketat sejak Januari 2020.
Tim kesehatan yang dibentuk dalam lembaga ini sudah terlatih dan berpengalaman untuk mengenali krisis dan mengaktifkan struktur manajemen darurat untuk mengatasi wabah penyakit yang muncul. Taiwan juga didukung oleh sistem perawatan kesehatan kelas dunia, dengan cakupan universal.
Sadar negaranya memiliki hubungan erat di bidang transportasi dan perdagangan dengan China sebagai muasal wabah, pemerintah Taiwan tegas melakukan kontrol terhadap siapa saja yang melintasi perbatasan mereka.
Pemerintah juga mengedukasi publik agar disiplin menjaga kebersihan dan kesehatan. Masyarakat diminta pakai masker sebagai salah satu langkah pencegahan penularan virus corona.
Taiwan tak ikut imbauan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) yang kala itu merekomendasikan agar orang sehat tidak pakai masker. Masker diprioritaskan untuk tenaga medis, orang sakit, maupun orang yang sedang merawat pasien. Toh, Taiwan bukan termasuk negara anggota WHO. Taiwan berstatus pengamat di WHO hingga 2016.
Taiwan diklaim oleh China sebagai bagian dari wilayahnya, dan China menghalangi Taiwan berpartisipasi ke banyak organisasi internasional. Posisi ini sempat jadi masalah karena WHO mengandalkan data China untuk perhitungan jumlah kasus COVID-19 di China.
Taiwan juga mengeluhkan status non-anggota WHO menghambat mereka memainkan peran besar dalam upaya pencegahan COVID-19, termasuk soal mengirim dokter dan bantuan medis lain ke negara terdampak. Walau demikian, Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, telah menyatakan komitmen negaranya untuk membantu negara lain.
Minimnya informasi terkait COVID-19 yang diterima pemerintah Taiwan memaksa mereka untuk merumuskan kebijakan secara mandiri untuk mencegah virus corona menyebar luas di negaranya terlepas dari apa yang direkomendasikan WHO. Langkah Taiwan sejauh ini justru paling efektif dan cara mereka jadi sorotan dunia.
Dari 24 juta jiwa populasi yang hidup di negara tersebut, kasus positif COVID-19 tercatat ada 400 yang dilaporkan pemerintah setelah 10 minggu wabah COVID-19 merebak.
Keseriusan Taiwan mengendalikan penyebaran virus corona patut ditiru ketika masih ada negara memilih fokus pada tindakan kuratif yang justru memperburuk keadaan. Bagaimana tidak, lonjakan kasus terus terjadi, fasilitas kesehatan mendapat tekanan karena ledakan jumlah pasien dan angka kematian yang semakin tinggi.
Seorang dokter asal Taiwan yang juga menjabat sebagai profesor pediatri di Stanford Medicine, Jason Wang, mengatakan bahwa pemerintah telah merumuskan setidaknya 124 langkah pencegahan demi melindungi kesehatan masyarakatnya.
"Kebijakan dan tindakan tersebut harus diambil karena mereka mengaku kontrol perbatasan saja tidak cukup," papar Wang seperti dikutip dari CNN.
Apa saja yang dilakukan pemerintah Taiwan?
Langkah paling awal yang diambil pemerintah Taiwan adalah melarang publik melakukan perjalanan ke negara-negara yang berbatasan langsung dengan China. Pemerintah tak segan menghentikan perjalanan kapal pesiar dan menjatuhkan hukuman kepada siapa pun yang tak patuh pada aturan karantina mandiri di rumah.
Bersamaan dengan itu, produksi masker wajah digenjot untuk memastikan stok lokal yang memadai.
Intervensi tingkat tinggi dilakukan dengan melakukan pengujian tes COVID-19 ke seluruh penjuru negara. Beberapa warga yang sebelumnya tak terdeteksi mesti harus melakukan pengujian ulang karena pemerintah tak ingin mengambil risiko.
Intervensi hukum yang tegas diberlakukan kepada mereka yang membuat maupun menyebar hoaks medis tentang wabah virus corona.
"Mengingat kenyataan penyebaran COVID-19 yang masih berlangsung di seluruh dunia, langkah pencegahan yang diterapkan dengan cepat di Taiwan dan terbukti efektif mencegah epidemi skala besar, ini bisa menjadi pelajaran bagi negara-negara lain," kata Wang.
Respons cepat dan transparansi pemerintah Taiwan dalam menginformasikan perkembangan terbaru dari wabah COVID-19 juga dinilai tepat. Meski tidak latah melakukan lockdown seperti yang diterapkan di sejumlah negara, langkah mitigasi yang dipilih pemerintah Taiwan pada akhirnya tetap bisa menyelamatkan negara tersebut.
Keterbukaan informasi pemerintah Taiwan dalam menangani wabah corona juga patut diapresiasi. Pemerintah membuka informasi soal rute jalan dan lokasi yang dilintasi pasien positif COVID-19 dalam beberapa hari terakhir. Informasi yang dibuka benar-benar cuma soal rute jalan dan lokasi, bukan identitas pasien.
Hal itu dilakukan agar masyarakat yang pernah berada pada lokasi dan jam yang sama dengan si pasien atau sempat bersinggungan dapat lebih mawas diri, dan segera memeriksakan diri ke rumah sakit apabila merasa ada gejala COVID-19, sehingga bisa meminimalisasi risiko infeksi yang lebih luas.
Baca laporan lengkap » Semua Hal tentang Virus Corona, di Indonesia dan Dunia.