WHO Kecam Negara yang Terapkan Herd Immunity untuk Atasi Wabah Corona
https://www.naviri.org/2020/05/who-kecam-negara-yang-terapkan-herd-immunity.html
Naviri Magazine - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengecam setiap negara yang menerapkan kebijakan longgar dan herd immunity. WHO menekankan, saat ini bukan waktu yang tepat bagi manusia untuk berpikir bahwa pandemi virus corona telah membaik.
Menurut direktur eksekutif WHO, Mike Ryan, herd immunity adalah sebuah konsep yang buruk dalam menangani wabah. Dia mengatakan, herd immunity sering kali salah dipahami sebagai jawaban dari penanganan wabah.
Selain itu, Ryan menegaskan, sebuah negara tak boleh menerapkan kebijakan longgar dan berpikir bahwa virus corona COVID-19 bakal hilang begitu saja ketika populasinya mencapai kekebalan.
"Manusia bukan ternak (herds), dan lagi pula konsep herd immunity biasanya digunakan untuk menghitung berapa banyak orang yang perlu divaksinasi dan populasi untuk menghasilkan efek itu," kata Ryan, dalam sebuah konferensi pers virtual.
“Jadi saya pikir ide ini, bahwa mungkin negara-negara yang memiliki langkah-langkah longgar dan tidak melakukan apa-apa akan tiba-tiba secara ajaib mencapai kekebalan kelompok, dan bagaimana jika kita kehilangan beberapa orang tua saat prosesnya berjalan? Ini perhitungan yang berbahaya, sangat berbahaya," sambungnya.
Herd immunity dideskripsikan sebagai kondisi di mana sebuah populasi manusia sudah cukup kebal terhadap penyakit, dan dengan demikian dapat menghambat penyebaran infeksi. Namun, penerapan konsep herd immunity mendapat kritikan keras dari para ahli kesehatan, karena bisa menimbulkan banyak kematian dalam proses mencapai kekebalan tersebut.
Beberapa negara yang sering dirumorkan menerapkan kebijakan herd immunity adalah Swedia dan Inggris. Meski demikian, kedua negara itu tak mau mengaku kalau mereka memakai kebijakan tersebut.
Swedia menjadi salah satu negara Eropa yang tak menerapkan lockdown. Seperti yang dilaporkan The New York Times, tempat publik di Swedia tetap beroperasi seperti biasa, meski pemerintah meminta warga untuk tetap berada di rumah.
"Pada dasarnya kami mencoba melakukan hal yang sama, seperti yang dilakukan kebanyakan negara - memperlambat penyebaran sebanyak mungkin," kata epidemiolog pemerintah Swedia, Anders Tegnell, dikutip dari The New York Times. "Hanya saja, kami menggunakan cara yang sedikit berbeda dari banyak negara lain."
Adapun di Inggris, muncul kecurigaan bahwa pemerintah diam-diam merencanakan herd immunity sebagai jalan keluar dari pandemi corona. Dilaporkan oleh Independent, mantan kepala penasihat sains pemerintah Inggris, Sir David King, menduga bahwa Perdana Menteri Boris Johnson merahasiakan herd immunity sejak akhir April, dan bakal melonggarkan pembatasan sosial di sana.
Inggris menjadi salah satu negara di dunia yang paling terpukul oleh virus corona. Menurut catatan Worldometer, Inggris telah mencatat 226.463 kasus corona dengan 32.692 pasien COVID-19 meninggal.
Sedangkan Swedia menjadi negara yang paling terdampak virus corona di wilayah Nordik, jika dibandingkan Denmark, Norwegia, dan Finlandia. Menurut catatan terakhir Worldometer, Swedia telah mencatat 27.272 kasus corona, dengan 3.313 pasien meninggal, dan 4.971 orang sembuh.
Kembali ke WHO, menurut Mike Ryan, negara yang bertanggung jawab mestinya menghargai nyawa masyarakat mereka. Ryan pun menegaskan bahwa COVID-19 adalah masalah serius dan tak boleh dianggap enteng oleh masyarakat.
“Negara-negara anggota (WHO) yang bertanggung jawab akan melihat semua populasi mereka. Mereka menghargai setiap anggota masyarakat, dan mereka berusaha melakukan segala yang mungkin untuk melindungi kesehatan, sementara pada saat yang sama, melindungi masyarakat dan melindungi ekonomi dan hal-hal lain,” kata Ryan.
"Ini adalah penyakit serius, ini adalah musuh publik nomor satu, kami telah mengatakannya berulang-ulang," pungkasnya.
Baca laporan lengkap » Semua Hal tentang Virus Corona, di Indonesia dan Dunia.