Kisah Inspiratif di Balik Baju Anti Corona yang Kini Viral di Media Sosial

Kisah Inspiratif di Balik Baju Anti Corona yang Kini Viral di Media Sosial, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Di tengah pandemi corona, banyak usaha kecil gulung tikar, karyawan dirumahkan tanpa digaji, hingga masyarakat sulit mencari makan. Bisnis usaha kecil paling terdampak. Namun, ada juga bisnis yang semakin survive dan bangkit di tengah wabah virus corona.

Bagi para pebisnis, untuk bisa bertahan tentu harus putar otak, barang atau produk apa yang bisa laku keras dan menarik perhatian publik di tengah wabah virus corona. Hal inilah yang dilakukan Malvin Haryanto, pria berusia 31 tahun yang merupakan Owner Vicory—perusahaan keluarga yang memproduksi pakaian jadi.

Setelah sempat putus asa karena tempatnya berjualan, Pusat Grosir Metro Tanah Abang, harus ditutup karena pandemi corona, Malvin tak kehabisan akal. Dia mencoba berbisnis lewat media sosial. Beruntung, Malvin menemukan ide memproduksi baju anti corona. Tak butuh waktu lama, baju desainnya yang unik dilengkapi penutup wajah ini viral.

Malvin mengklaim, baju anti corona adalah baju inovasi pelindung virus pertama buatan lokal. "Baju ini lagi viral di sosmed," katanya.

Bukan baju anti virus biasa, baju yang dilengkapi penutup wajah ini juga memiliki desain yang simpel, bahkan disukai para selebriti. Salah satunya Chika Jessica. Chika sempat memamerkan baju anti corona ini di akun Instagram-nya.

Malvin juga mengaku, bukan sekadar berbisnis. Karena peduli dengan wabah virus corona yang membuat banyak bisnis orang kecil gulung tikar, dia juga membuat kampanye #vicorylawancovid19. Tulisan ini pun dijadikan handprint merk dan tag yang disematkan di bagian dalam leher tiap busananya.

"Sedikit makna dari tagline campaign-nya, adalah untuk mendukung para wanita yang masih kerja di luar rumah selama pandemi COVID-19," lanjut Malvin.

Harus tutup karena corona

Tak ingin lekas puas dengan baju anti corona yang dibuatnya saat ini, Malvin tengah mempersiapkan inovasi lanjutan dari tema anti corona berikutnya. Saat ini, sudah ada enam model baju anti corona yang diproduksinya. Semua fokus pada atasan dengan pelengkap pelindug wajah.

Malvin juga menjelaskan secara singkat bahwa Company Vicory yang berdiri sejak 2011 hingga sekarang awalnya adalah toko grosir di Pusat Grosir Metro Tanah Abang. Sejak adanya wabah virus corona, pusat grosir ini tutup hingga banyak karyawan yang memilih pulang kampung ketimbang kerja.

"Jadi sebagian karyawan yang masih mau kerja kita karantina di mess konveksi," kata Malvin.

Bulan Maret menjadi awal wabah virus corona merebak. Perusahannya pun sempat memproduksi masker kain untuk dibagikan ke lingkungan sekitar kantor. Hingga  akhirnya, muncul ide memproduksi hoodie pelindung virus, yang kini terkenal dengan nama "baju anti corona".

"Karena diterima masyarakat, karyawan kita pun memutuskan tetap kerja, karena kasar kata, kalau dipulangkan mereka gak ada nafkah. Karena jujur, Vicory fokus ke toko Tanah Abang, bukan ke online."

Malvin pun merasa bersyukur, perlahan bisnis nya yang sempat terhenti bangkit lagi. Dahulu bisnisnya lebih banyak menjual atasan denim, baju hoodie dan sweater streetwear untuk hijab atau non hijab, kini berubah.

Sekitar pertengahan Maret, Malvin mulai menjual baju anti corona lewat media sosial. Meski omset menurun 65 persen, Malvin senang karyawannya masih bisa bekerja dan mendapatkan uang. Saat ini masih ada 55 karyawan yang masih aktif bekerja, sementara 44 karyawan lainnya memilih dirumahkan.

"Bukan dipecat, ya. Mereka pun masih bisa bekerja lagi setelah wabah virus corona berakhir."

Sukses dengan baju anti corona yang dijualnya Rp125 ribu, sejak 20 Maret dijajakan, baju unik ini sudah laku terjual 12.000 pcs. Saat stok mulai habis, Malvin kembali memproduksi.

Malvin pun sadar, bisnis ini membawa berkah di tengah wabah corona. Karena banyak sekali rekan bisnis tekstilnya terpaksa harus tutup karena sulit mendapatkan bahan baku impor yang dibutuhkan. "Kalau kita untungnya semua bahan lokal."

Apalagi, Malvin juga sempat patah semangat, dan kehabisan ide. Ia sempat melakukan voting ketika banyak karyawannya yang memilih untuk dirumahkan. Saat itu, dia hanya berpikir, bagaimana mendukung usaha UMKM dan para pekerja wanita yang masih kerja.

Voting karyawan pun dilakukan, memilih pulang dan tutup usaha atau lanjut. "Saat yang milih lanjut lebih banyak, barulah internal office-nya pikirin design baru. Dari situlah, muncul ide produksi baju anti corona."


Related

News 2249716195107499859

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item